Penonton diajak untuk fokus kepada emosi cinta antara dua karakter yang sedang dimabuk asmara dan melatih perspektif sendiri tentang hasrat.
Alih-alih terang-terangan menyajikan gambaran perempuan yang memantik gairah dari lawan mainnya, sutradara membiarkan penonton untuk menciptakan pendapat sendiri soal hasrat dalam cinta.
Dua Garis Biru (2019)
Film yang dibuat lewat lensa perempuan memiliki kesetaraan antara tokoh perempuan dan laki-laki. Contohnya adalah film yang disutradarai dan ditulis oleh Gina S. Noer ini.
Mengangkat kisah kesalahan pasangan kekasih, film ini tidak memberikan beban hukuman kepada perempuan.
Baca Juga: Film Dua Garis Biru: Melihat Pentingnya Keterbukaan dalam Keluarga bagi Anak Remaja
Walaupun harus menanggung beban kehamilan yang tidak direncanakan, karakter perempuan tetap dapat mengelola mimpinya.
Memiliki beban kesalahan yang sama, karakter laki-laki juga digambarkan harus menerima akibat yang setara dengan perempuan.
Industri film kecil dan independen kini sedang berusaha untuk mendorong film female gaze di bioskop.
Salah satu cara untuk membantu mereka adalah dengan mendukung film berkualitas karya sutradara perempuan. (*)