Parapuan.co – Pandemi yang juga belum berakhir di tahun 2021 ini, memaksa para pelaku usaha, tak terkecuali bisnis fashion, untuk terus memutar otak.
Terlebih lagi, fashion tidak termasuk kebutuhan primer masyarakat di tengah kondisi pandemi, seperti makanan atau produk kesehatan.
Sebagai salah satu sektor yang paling terdampak di pandemi, para pelaku fashion pun harus terus berusaha menunjukan semangat bertahannya dengan berbagai cara.
“Dalam titik terendah kita harus terus bergerak, karena masih ada orang yg punya budget untuk spending, tapi mereka lebih berhati-hati spending,” jelas Franka Soeria, Co-founder #Markamarie dan Marka the Fashion Accelerator.
Maka dari itu, diingatkan lagi olehnya, bahwa bagi para pelaku usaha untuk memahami situasi dan kondisi sekitarnya.
Baca Juga: Functional Fashion Kian Diminati, Ederra Rilis Koleksi yang Tak Termakan Tren
Lantas apa yang bisa dilakukan oleh para pelaku usaha fashion agar bisa bertahan di tengah situasi yang tak menentu ini?
Berikut beberapa tips yang perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha fashion, seperti yang disampaikan dalam konferensi pers virtual Ederra pada Kamis (19/8/2021):
1. Pahami Kebutuhan Konsumen
Kondisi yang berubah dampak pandemi memang membuat sebagian pelaku usaha kalang kabut karena takt ahu harus berbuat apa.
Namun menurut Franka, dalam kondisi ini, penting untuk terus bergerak dan jangan berhenti.
“Harus terus bergerak menciptakan inovasi, jangan langsung pivot, tapi pahami dulu kebutuhan konsumen apa,” jelas Franka lagi.
Bukan tanpa sebab ia menyampaikan hal itu, pasalnya kondisi pandemi mengubah perilaku konsumen saat ini.
Disampaikan olehnya, bahwa sebelum pandemi orang lebih memerhatikan faktor estetika dalam membeli sebuah produk.
Namun zaman berubah dan kini konsumen apparel lebih mementingkan fungsi daripada faktor estetika semata.
“Konsumen lebih mencari yang fungsional dan nyaman. Comfort is the key,” jelas Franka lagi.
Hal ini juga sejalan seperti yang disampaikan oleh Deri Slyvora, Sales and Marketing Lead (Fashion Category) Tokopedia, bahwa untuk jenis-jenis baju yang diburu di Tokopedia adalah yang lebih fungsional dan mengedepankan kenyamanan.
“Karena selama kita pandemi kita di rumah aja, enggak bisa plesiran atau keluar, jadi orang lebih banyak pakaian yg fungsional dan ready to wear. Style-nya lebih polos, kaus polos, celana pendek, dan lounge wear,” papar Deri.
Baca Juga: Keren! Ini 4 Selebriti Korea yang Punya Bisnis Fashion Sendiri
2. Berkolaborasi
Kendati pun pandemi menjadi tantangan bagi para pelaku usaha fashion, namun Franka melihat bahwa kesempatan bagi pelaku bisnis mode masih cukup besar.
“Ada yang bertahan, ada yang hampir menyerah. Maka dari itu kita harus terus bergerak, berinovasi dan berkolaborasi,” jelas Franka.
Berkolaborasi dengan pihak yang memiliki visi misi yang sama akan membantu mengembangkan para pelaku usaha lebih cepat dan kuat.
Pasalnya di kondisi menantang seperti saat ini, dukungan banyak orang dibutuhkan agar bisnis kita bisa semakin kuat.
“Tapi memang sekarang collaboration is everything. Maka carilah kolaborasi dimana bukan hanya merilis inovasi bersama, tapi juga saling menguatkan,” jelasnya lagi.
3. Eksplorasi di Kanal Digital
Seperti disampaikan oleh Deri, bahwa penjual yang memiliki kanal digital dinilai lebih tangguh menghadapi pandemi.
“Artinya, mereka berhasil mempertahankan kelangsungan bisnis dan memastikan lapangan pekerjaan tetap terjaga,” jelas Deri.
Bukan tanpa sebab Deri mengatakan hal tersebut, pasalnya di kondisi pandemi ketika masyarakat mobilitasnya terbatas, maka platform online akan lebih mudah menjangkau konsumen.
“Untuk pelaku usaha yang dulu fokus menjual di offline store, maka sekarang bisa serius mengeksplorasi platform online untuk menjangkau konsumen lebih banyak dan lebih luas,” papar Deri lagi.(*)
Baca Juga: Ingin Memulai Bisnis Fashion di Masa Pandemi? Ini Saran Pakar