Parapuan.co – Kawan Puan, beberapa waktu lalu Deddy Corbuzier mengaku sempat mengalami badai sitokin setelah dinyatakan positif Covid-19.
Badai sitokin adalah reaksi peradangan atau inflamasi di seluruh tubuh akibat adanya infeksi dari virus asing yang masuk ke dalam tubuh.
Badai sitokin ini juga seringkali dikaitkan dengan mereka yang positif Covid-19.
Bahkan badai sitokin bisa menyebabkan kematian pada pasien Covid-19, terutama mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Baca Juga: Kini Negatif Covid-19, Deddy Corbuzier Sempat Alami Badai Sitokin, Berikut Cara Meredam Kondisi Ini
Meski sering dihubungkan dengan Covid-19, perlu diketahui oleh Kawan Puan bahwa kondisi badai sitokin tidak hanya terjadi pada orang yang terinfeksi virus corona.
Seperti yang dikutip dari VeryWell Health, badai sitokin dapat dialami seseorang dengan kondisi berikut ini:
1. Infeksi
Jenis infeksi tertentu juga dapat memicu badai sitokin pada beberapa orang, termasuk yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan agen lainnya.
Salah satu jenis virus yang paling umum menyebabkan badai sitokin adalah virus influenza A (virus yang menyebabkan flu biasa).
Dalam sejarahnya, diperkirakan badai sitokin menjadi alasan kuat tingginya tingkat kematian pada orang dewasa muda selama pandemi influenza pada 1918.
Selain influenza, adappun penyebab infeksi umum lainnya yakni virus epstein-barr dan cytimegalovirus.
Di samping itu, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 lebih rentan menyebabkan badai sitokin jika dibandingkan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya.
Inilah alasan besar mengapa virus Covid-19 ini menjadi masalah di seluruh dunia.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Ungkap Nyaris Meninggal Akibat Badai Sitokin, Apa Itu?
2. Sindrom genetik
Orang dengan sindrom genetik tertentu cenderung mengalami badai sitokin.
Misalnya orang sengan kondisi yang disebut familial hemophagocytic lymphohistiocytosis (HLH).
HLH adalah kondisi genetik yang menyebabkan masalah spesifik pada sel sistem kekebalan tertentu.
Di mana orang yang memiliki kondisi genetik cenderung mengembangkan badai sitokin sebagai respons terhadap infeksi, biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama kehidupan.
3. Penyakit autoimun
Orang dengan sindrom autoimun memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom badai sitokin.
Contohnya pada penyakit Still, lalu pada remaja dengan arthritis idiopatik sistemik (JIA), dan lupus.
Dalam kondisi tersebut, badai sitokin sering disebut sebagai sindrom aktivasi makrofag.
Selain ketiga kondisi di atas, badai sitokin juga terkadang timbul karena efek samping dari terapi medis tertentu.
Misalnya terjadi setelah seseorang terapi leukimia atau lebih dikenal dengan terapi CAR-T (sel T reseptor antigen chimeric).
Baca Juga: Apa Itu Badai Sitokin, Kondisi yang Sempat Dialami Raditya Oloan Sebelum Meninggal
Jenis lain dari imunoterapi juga kadang-kadang disebabkan badai sitokin sebagai efek samping.
Badai sitokin juga dapat terjadi dalam situasi medis lainnya seperti setelah menerima transplantasi organ atau sel induk.
Tak sampai di situ saja, jenis kanker tertentu pun mampu menyebabkan badai sitokin, seperti halnya kondisi yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh layaknya AIDS. (*)