Upaya lainnya yaitu dengan memberikan apresiasi kepada perusahaan yang dipimpin perempuan dan memiliki program pengarusutamaan gender; mengembangkan program “care economy”, termasuk komitmen dalam pemberian cuti pengasuhan bagi perempuan dan laki-laki.
“Kami juga memberikan perhatian terhadap upaya pengarusutamaan gender, isu perubahan iklim, dan permasalahan lingkungan, yang banyak berdampak pada perempuan. Permasalahan ini pun sangat berkaitan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” pungkas Menteri Bintang.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keluarga dan Kesetaraan Kesempatan Republik Italia, Elena Bonetti menyatakan bahwa penyelenggaraan pertemuan ini dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengembangkan respon yang terkoordinir diantara Negara anggota G20 untuk menghadapi tantangan global dalam meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan perempuan seiring dengan adanya kebutuhan untuk merespon dampak negatif pandemi Covid 19.
Krisis yang berkelanjutan telah memberikan dampak sosio ekonomi terhadap perempuan, terutama di sektor ekonomi seperti industri pariwisata dan layanan yang sering dikategorikan sebagai sektor informal yang didominasi oleh perempuan.
Presidensi Italia pada G20 difokuskan untuk upaya peningkatan pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), bertujuan untuk menyatukan berbagai kesempatan untuk perubahan yang lebih positif.
Baca Juga: Mengenal Decoy Effect, Strategi Marketing yang Bikin Kita Merasa Hemat
Dalam sidang ini dibahas juga mengenai strategi pencapaian pemberdayaan perempuan di tingkat global pada berbagai sektor dengan fokus terhadap 2 (dua) tema utama yaitu: (1) STEM, literasi keuangan dan digital, lingkungan dan keberlanjutan (2) tenaga kerja, pemberdayaan ekonomi dan work-life balance.
Ke depannya, diharapkan agar tercipta koordinasi multilateral dalam mewujudkan agenda transformatif global yang efektif di tingkat nasional dan internasional.
Konferensi Tingkat Menteri G20 tentang Pemberdayaan Perempuan yang berlangsung hari ini merupakan pertemuan kali pertama yang digelar sejak G20 dibentuk pada 1999.
Konferensi ini merupakan inisiasi dari Presidensi Italia melalui Menteri Keluarga dan Kesetaraan Kesempatan Republik Italia yang bertujuan menyatukan dan memperkuat komitmen seluruh pihak, baik pemerintah, maupun unsur non-pemerintah untuk memfokuskan perhatian secara transversal pada isu pemberdayaan perempuan,
Hasil dari konferensi hari ini, nantinya akan disampaikan dan menjadi perhatian para pemimpin G20 menjelang KTT Roma pada 30 dan 31 Oktober mendatang. Hasil dari pertemuan ini pun akan ditindaklanjuti Indonesia pada saat Presidensi 2022.
Konferensi ini dihadiri 20 Menteri atau setingkat Menteri dengan total 53 pembicara yang terdiri dari anggota G20 maupun undangan lain yang berasal dari Pemerintahan, Parlemen, Organisasi Internasional, Akademisi, NGO dan Dunia Usaha.
Termasuk Ketua KOWANI Bidang Ekonomi dan Hubungan Luar Negeri, Hadriani Uli Silalahi, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, Direktur & Chief Strategic Transformation dan Information Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya, serta Ketua Komite Tetap Bidang Pendidikan IWAPI, Rinawati Prihatiningsih yang hadir secara langsung dalam konferensi tersebut.