Mereka saat ini berkolaborasi dalam fitur keempat pembuat film Kabul Jan tentang hubungan rahasia antara seorang perempuan dan seorang pria tua yang sudah menikah di kota yang dilanda perang dan kekerasan.
Sadat termasuk di antara puluhan ribu warga Afghanistan yang telah memutuskan untuk melarikan diri dari Afghanistan.
Keputusan itu menyusul kembalinya kekuasaan kelompok garis keras Taliban secara tiba-tiba awal bulan ini setelah penarikan pasukan AS dari negara itu setelah 20 tahun.
Rezim Taliban yang muncul telah berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan serta amnesti bagi mereka yang bekerja melawan mereka, tetapi banyak orang Afghanistan tetap skeptis.
Mereka takut kembali ke rezim yang keras dari masa jabatan terakhir Taliban yang berkuasa di akhir 1990-an, yang membatasi perempuan.
Baca Juga: Malala Yousafzai Desak Para Pemimpin Dunia Lindungi Hak Perempuan Terkait Konflik Afghanistan
Mereka menolak perempuan untuk mengekspresikan diri dengan karya seperti film, hal tersebut yang membuat banyak sutradara dan seniman perempuan ketakutan.
Sebagian besar pembuat film perempuan sekarang berusaha keluar dari negara itu, mengkhawatirkan keselamatan mereka dan keluarga.
Dalam seminggu terakhir, sutradara perempuan Sahraa Karimi yang memohon bantuan lewat media sosial telah berhasil melarikan diri ke Kiev bersama keluarganya dengan bantuan otoritas dan komunitas film Ukraina dan Turki.
Karimi, yang juga kepala Organisasi Film Afghanistan, sekarang sedang berjuang untuk membawa rekan-rekan seniman lainnya ke luar negeri, dengan mengatakan bahwa dia mengkhawatirkan kehidupan mereka di bawah kekuasaan Taliban.
Sebelumnya, Sadat menyampaikan kepada The Hollywood Reporter bahwa jika selamat, dia akan mendedikasikan karier filmnya untuk Afghanistan.