Sebuah ruang kecil seperti kehadiran Bintang untuk sekadar menyuarakan apa yang terpendam merupakan harta karun istimewa bagi perempuan.
Pengertian dan respons yang membumi hanya bisa didapatkan dengan mereka yang juga memahami rasanya berjuang dengan trauma yang melekat dalam diri.
Baca Juga: Angkat Kisah Remaja Perempuan dan Mimpinya, Film 'Yuni' akan Berkompetisi di Festival Film Toronto
Film ini mampu menjadi gambaran ruang aman yang diharapkan untuk perempuan penyintas dan kita semua yang sedang mencoba untuk pulih.
Dibuat oleh perempuan, film ini tidak memberikan gambaran eksplisit yang mengeksplorasi tubuh perempuan sebagai objek atau pun romantisasi trauma dan kesehatan mental.
Sebagai penonton, mendengar kata-kata dan merasakan kehadiran dari Bintang, terasa seperti pelukan hangat setelah terkoyak rasa sakit saat kilas balik kejadian yang terjadi pada Bunga.
Harapan pun tumbuh bahwa di antara banyak orang di luar sana, setidaknya ada satu perempuan yang pasti mengerti.
Tapi apakah hal tersebut melegakan atau justru menyedihkan ketika kita tahu bahwa hampir setiap perempuan pernah merasakannya?
Baca Juga: Melihat Makna Keterbukaan dalam Keluarga Lewat Film Remaja 'Dua Garis Biru'
Film ini menyadarkan kita bahwa apa yang dapat kita lakukan adalah bergandengan tangan dengan perempuan lain, mendukung perlawanan terhadap sistem yang tidak menyisakan keadilan bagi kita.
Apa yang dibagi oleh Bunga dan Bintang menjadi representasi kita sebagai perempuan yang hanya punya satu sama lain untuk didengar dan dipercaya.
Jika Kawan Puan ingin tahu lebih lanjut mengenai pemutaran film ini, kamu dapat mengikuti informasi di akun resmi @inteamates.id. (*)
View this post on Instagram