Ia menerangkan, post-traumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan stres pascatrauma yang disebabkan oleh berbagai pengalaman trauma yang tidak menyenangkan, salah satunya pelecehan seksual.
PTSD mengakibatkan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada pengalaman traumatis.
Baca Juga: Pengacara Sebut MS Diminta Teken Surat Damai oleh Pihak KPI Pusat
Reynitta kemudian menjelaskan gejala atau tanda-tanda yang dialami oleh penderita PTSD, antara lain:
- Merasa cemas
- Depresi
- Tidak bisa menikmati kegiatan sehari-hari, padahal sebelumnya kegiatan itu bisa dinikmati
- Feeling negative atau berpikir negatif terus-menerus
- Down atau putus asa hampir setiap waktu
"Mereka mungkin juga memilih pelarian seperti narkoba atau alkohol karena saking nggak kuatnya," kata Reynitta.
Apa yang dirasakan penderita PTSD?
"Biasanya yang paling sering terjadi di PTSD, pengalaman itu sering teringat atau having flashback dengan emosi yang sangat berlebihan as if it was yesterday," ujar Reynitta.
Ia menambahkan, meskipun kejadian traumatis itu sudah lebih dari beberapa bulan bahkan tahun, penderita PTSD masih sering mengingat dengan reaksi emosi yang berlebihan.
"Orang mengalami PTSD itu, emosinya sama sekali tidak berkurang, persis seperti waktu dia mengalami pengalaman traumatis itu," tambahnya.
Baca Juga: 4 Cara Bercerita ke Pasangan jika Kamu Mengalami Pelecehan Seksual
Menurut Reynitta, penderita PTSD bisa mengalami mimpi buruk, tidak bisa tidur sama sekali, dan sulit untuk fokus dalam kesehariannya.
"Karena ini disorder, secara umum orang itu biasanya tidak bisa berfungsi dalam kesehariannya, entah itu ibu rumah tangga, bekerja, atau sekolah itu agak sulit berfungsi karena trauma," Reynitta melanjutkan.
Reynitta menjelaskan, PTSD bisa bertahan lama dalam tubuh seseorang jika tidak ditangani dan apabila dilakukan perawatan juga memerlukan proses.
Tentunya, setiap individu bereaksi terhadap PTSD secara berbeda bahkan hitungan bulan atau tahun.
Perbedaan itu tergantung dengan intensitas pengalaman trauma dan bagaimana seseorang mempersepsikan traumanya itu. (*)