Parapuan.co - Perempuan karier kerap menemui konflik yang umumnya terjadi di tempat kerja.
Kebanyakan orang memandang konflik sebagai hal negatif yang harus dihindari.
Namun sebagai perempuan karier, kamu tidak boleh mundur, melainkan menghadapinya.
Alih-alih menghindarinya, ada cara-cara yang bisa dilakukan oleh perempuan karier agar konflik dapat dikelola.
Tujuan mengelola konflik oleh perempuan karier adalah mencapai kerja tim yang solid dan saling pengertian.
Pada dasarnya, penyelesaian konflik antara laki-laki dan perempuan berbeda di tempat kerja.
Perempuan cenderung memiliki nilai lebih tinggi dalam membina hubungan dengan anggota tim, dan lebih berempati, kata Charmaine Hammond, pakar resolusi konflik, melansir Spectrum.
Untuk lebih lengkapnya, berikut cara perempuan karier menghadapi konflik di tempat kerja.
1. Menjadi proaktif
Menurut Charmaine, perempuan cenderung menghargai hubungan dan takut menyakiti perasaan seseorang dengan menghadapi mereka.
Tetapi saat menghindari konflik, kepercayaan dapat hilang dan memperburuk hubungan untuk mengembangkan diri di tempat kerja.
Maka itu, atasi konflik secara langsung dengan menjadi proaktif.
Cara tersebut dapat mencegah situasi menjadi lebih buruk dan dapat membantu membangun hubungan dan tim yang lebih kuat.
Contohnya, saat seorang rekan kerja atau manajer tidak menghormati dan menyalahkan atas sesuatu yang tidak kamu lakukan di depan orang lain, kamu bisa lebih proaktif.
Baca Juga: Perempuan Karier Tampil Stylish dengan Rekomendasi Brand Tas Lokal Ini
Baca Juga: Perempuan Karier Sibuk WFH, Simak Pentingnya Manajemen Waktu
2. Transparan
Perempuan karier dalam posisi kepemimpinan sering merasa bahwa mereka tidak memiliki semua jawaban atau dianggap tidak efektif.
Tetapi karyawan umumnya tidak mengharapkan kesempurnaan dari atasan mereka.
Seorang manajer yang membiarkan stafnya melihat sedikit kerentanannya cenderung menciptakan hubungan yang lebih kuat.
"Penting untuk mengetahui bahwa sebagai seorang pemimpin, kamu dapat mengatakan 'Saya tidak punya jawaban, tetapi saya akan mencari tahu,'".
Bisa juga begini "'Saya tidak tahu bagaimana menghadapi ini, apa yang dimiliki tim saya yang luar biasa? Untuk mengatakannya?'," kata Charmaine.
Dengan melibatkan tim dan menanyakan pendapat para karyawan, pemimpin menunjukkan kepercayaan.
Selain itu di contoh kasus lain, seorang manajer harus mengakui bahwa mereka tidak memiliki semua jawaban selama reorganisasi.
Karyawan kerap kali ingin tahu seberapa aman pekerjaan mereka sehingga mereka bisa mengembangkan diri di tempat kerja.
Menurut pelatih perusahaan Pattie Vargas, beberapa manajer dapat mencoba meyakinkan karyawan mereka bahwa pekerjaan mereka aman.
Tetapi itu menjadi pendekatan yang berbahaya karena jika ternyata tidak, semua karyawan bisa kehilangan kepercayaan pada pemimpin.
Baca Juga: Perempuan Karier dalam Teknologi Digital, Seperti Apa Perannya?
3. Percaya diri terhadap kemampuan diri
Menurut Charmaine, salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah bagaimana menghadapi dikeluarkan dari diskusi atau rapat.
Sebaiknya, perempuan dapat memasukkan diri ke dalam situasi.
Banyak perempuan cenderung meminta izin untuk berbicara. Mereka mungkin menggunakan frasa seperti "Bisakah saya mengatakan sesuatu?"
Sebaliknya, Charmaine menyarankan untuk percaya diri dan hanya menyatakan "Saya memiliki sesuatu untuk ditambahkan."
Dengan begitu, kamu memastikan bahwa kamu didengar.
Pattie menambahkan, jika kamu dikeluarkan dari rapat, mungkin itu hanya sebuah kekhilafan.
Alih-alih berasumsi bahwa kamu sengaja ditinggalkan, dekati penyelenggara dan tanyakan tentang tujuan rapat.
Salah satu pendekatannya yakni dengan mengatakan, "Saya melihat ada rapat hari Kamis, dan saya belum menerima undangan. Mungkin saya tidak diperlukan di rapat, tetapi saya hanya ingin memeriksa untuk melihat apakah saya perlu memasukkannya ke kalender saya."
Sering kali penyelenggara rapat lupa memberi tahu atau akan menjelaskan mengepa kamu tidak perlu hadir.
Itu dia solusi perempuan karier menghadapi konflik di tempat kerja. Semoga cara ini bisa membantu Kawan Puan, ya. (*)