Parapuan.co - "Mengapa kesendirian laki-laki dilihat sangat puitis dan heroik, sedangkan kesendirian perempuan dilihat sebagai kesengsaraan atas tak adanya pilihan?"
Kesendirian dan perjuangan seorang perempuan di tengah quarter life crisis dengan apik dikisahkan dalam buku I Am My Own Home karya Isyana Artharini.
Kawan Puan, di usia 25 sampai 30 tahun, kita menghadapi krisis seperempat abad atau quarter life crisis.
Pada masa ini, kita merasa hidup penuh dengan ketidakpastian, baik itu dari bidang karier, percintaan, pertemanan, hingga jati diri.
Di rentang usia ini, kamu melihat banyak teman-teman yang sudah menikah dan berkeluarga.
Baca Juga: Ini 5 Rekomendasi Buku Soal Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya
Namun, di saat yang sama, kamu juga melihat teman-teman yang masih berkelana ke berbagai tempat atau menempuh pendidikan di universitas.
Seringkali, kita pun merasa kesepian karena semua orang di usia ini memiliki kehidupan masing-masing dengan apa yang ingin dicapai.
Sebagai perempuan, quarter life crisis juga dipantik dengan ekspektasi dari lingkungan yang sangat bias gender.
Isyana Artharini dalam buku I Am My Own Home mengangkat kisah perempuan berusia 30-an yang hidup sendirian di kota besar dengan berbagai gejolak krisis seperempat abad.
Berangkat dari pengalamannya sendiri, Isyana ingin mendobrak stigma kesendirian yang melekat pada perempuan.