Sama seperti pilihannya untuk tidak berkomitmen, dalam hal romansa mau pun pertemanan yang erat.
Isyana punya pilihan untuk berkomitmen, dengan berbagai pengalaman seksualnya yang diceritakan secara blak-blakan.
Namun kesendirian itu merupakan salah satu faktor besar yang membuatnya merasa ada di dunia dan menikmati hidup.
Pada akhirnya, buku ini merupakan kisah membangun rumah ternyaman dalam diri kita sendiri karena pada dasarnya itu yang paling penting.
Sejauh apa pun kita berkelana, rumah itu selalu kita bawa dalam diri kita dan jika kita sadar akan itu, kita tidak akan merasa tersesat, bahkan di masa krisis seperempat abad ini.
Baca Juga: Quarter Life Crisis Datang Jelang Usia 30-an, Ini Cara Menghadapinya
Isyana Artharini sendiri adalah seorang jurnalis dengan segudang pengalaman dan pengetahuan.
Maka, pembaca akan menemukan banyak referensi budaya pop dan teori penting yang dikaitkan dengan pilihan perempuan serta kesendirian.
Isyana tidak hanya menyampaikan pengalaman kepada pembaca, tapi juga memberikan edukasi tentang satu atau dua hal baru.
Membaca buku ini seperti diberi kepercayaan sepenuhnya oleh penulis untuk mengetahui berbagai pilihan dan rahasianya.
I Am My Own Home bisa dibilang adalah buku feminis, namun tidak dengan penyampaian yang keras dan gagasan feminisme yang secara gamblang dikemukakan.