Parapuan.co - Mau berjualan alat makan unik yang cuan? Usaha alat makan kontemporer karya Tisa Granicia dan kawan-kawan ini mungkin bisa menginspirasi.
Adalah Tisa Granica, Bathsebha Satya, Allangghya, Fauzy Prasetya Kamal, dan Nuri Fatima, alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang memulai usaha alat makan unik ini.
Sekawan tersebut menciptakan alat makan keramik kontemporer berdesain unik yang terbuat dari tanah liat di sebuah studio seni yang bernama Kandura Studio.
Mengutip Nova edisi 1725 Maret 2021, disebutkan bahwa Tisa dan Fauzi memulai usaha ketika baru lulus dari ITB di tahun 2005 silam.
Baca Juga: Kisah Sukses Pengusaha Warung Raih Omzet 2 Kali Lipat Lewat E-Commerce
Kala itu, keduanya berinisiatif mendirikan studio seni rupa dengan biaya yang diperoleh dari patungan.
"Jadi kami patungan untuk bikin studio gitu, total biayanya Rp15 juta. Itu habis untuk beli peralatan," ungkap Tisa Granica.
Setelah studio jadi, ia bekerja sama dengan teman-teman yang lain memproduksi gelas keramik yang memiliki tempat sedotan.
"Terus, produk pertama kami itu gelas yang ada tempat sedotannya," jelas Tisa lagi.
Ia juga menambahkan, produk pertama yang dibuat Kandura Studio itu laris manis ketika dijual di Pasar Seni ITB.
Dari situ, Tisa kemudian mulai berjualan gelas dan alat-alat makan hasil karyanya dengan mempromosikan dari mulut ke mulut.
Seiring waktu berjalan, Tisa cs tak hanya mengandalkan desain kontemporer dan Instagramable.
Ia juga mulai mengganti bahan dengan limbah tanah liat dari pabrik sebagai bahan utama pembuatan gerabah keramiknya.
"Kalau untuk bahan, setelah jalan beberapa tahun kami mulai peduli dengan lingkungan," kata Tisa.
Ia juga berkata, "Kami sadar, produksi keramik juga membutuhkan tanah liat. Kalau tanah liat suatu saat habis, bagaimana?"
Baca Juga: Salesperson Perlu Tahu 6 Teknik Penjualan Berikut agar Omzet Meningkat
Penjualan dan Promosi
Semenjak pandemi, omzet penjualan alat makan keramik unik karya Tisa cs sempat menurun hingga 70%.
Pembelian banyak berkurang, terutama pemesan dari perusahaan (B2B) yang jumlahnya besar.
"Omzet kami menurun sampai 70%, karena sebelum pandemi ini banyak yang B2B gitu. Cuma, sekarang banyak juga yang pesan satuan dan itu sangat membantu sekali," jelas Tisa.
Bukan itu saja, pandemi juga membuat kegiatan pameran yang dilakukan untuk langkah promosi produk berkurang.
Sebelumnya, pameran di dalam maupun luar negeri sangat membantu Tisa memasarkan produknya sampai ke mancanegara.
Beberapa pameran internasional yang pernah diikuti Kandura Studio, seperti Designboom Mart Valencia 2010, Art Stage 2012, London Design Festival 2012, dan Pameran Ambiente di Jerman 2019.
Karena sudah ke luar negeri, dari situ produk kita dikenal banyak orang asing. Kita juga sudah ekspor, terjauh sudah sampai ke Amerika dan Spanyol," ungkap Tisa.
Sejauh ini Kandura Studio sendiri sudah mampu meraih omzet sekitar Rp50 juta sampai Rp200 juta walau tidak sebesar sebelum pandemi.
Mereka juga mulai melayani pemesanan custom warna dengan minimal pembelian empat lusin.
Baca Juga: Modal Ratusan Ribu, 3 Pengusaha Ini Berhasil Raih Omzet Ratusan Juta
Sementara untuk pemasaran produk, Kandura mengandalkan marketplace dan media sosial Instagram.
Hebat, ya? Semoga usaha alat makan ini sukses selalu dan dapat menginspirasimu, ya! (*)