Parapuan.co - Salah satu kebanggaan Indonesia adalah kekayaan budaya yang beragam, misalnya saja seperti wastra nusantara.
Kata 'wastra' diambil dari Bahasa Sansekerta yang dimaknai sebagai 'sehelai kain'.
Tiap wastra dari berbagai daerah memiliki motif, pola hingga warna yang berbeda-beda. Belum lagi filosofi dan cerita mendalam yang tersemat pada tiap kain itu sendiri.
Jika tanah Jawa punya Batik, maka daerah Batak Toba punya wastra yang dikenal dengan nama ulos.
Sayangnya, kain ulos yang identik dengan kain adat bagi masyarakat Sumatera Utara, saat ini mulai kehilangan popularitasnya.
Bahkan seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan jenis kain lain seperti batik dan ikat.
Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Wastra, Warisan Budaya Kain khas Indonesia
Kondisi ini pun membuat PT Toba Tenun Sejahtra berkomitmen memperkenalkan dan melestarikan tenun wastra Batak yaitu ulos sebagai salah satu warisan budaya tekstil Indonesia.
“Ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak," ujar Kerri Na Basaria, founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtera.
"Menyadari potensi Ulos yang besar untuk dipasarkan di level nasional dan internasional, PT Toba Tenun Sejahtra berupaya untuk melakukan berbagai program kerja yang mencakup antara lain pelestarian budaya, pelatihan dan pendidikan perajin, serta pengembangan komunitas dan perempuan," tuturnya lagi.
PT Toba Tenun Sejahtra sendiri telah lama merintis usaha yang fokusnya memperkuat ekosistem tenun di Sumatra Utara, sejak tahun 2020 silam.
Adapun fokus-fokus usaha yang dilakukan oleh PT Toba Tenun Sejahtra adalah BORU sebagai usaha pengembangan dan komersial produk turunan tenun seperti ready to wear, accessories dan home decor.
Kemudian ada pula Jabu Bonang sebagai usaha pengembangan komunitas artisan kain tenun di daerah Sumatra Utara.
Baca Juga: Sarat akan Makna, Filosofi 5 Wastra Indonesia dari Keberkatan hingga Persatuan
Peran Penenun Ulos
Dalam konferensi pers daring Revitalisasi Budaya & Perkuat Ekosistem Kain Ulos yang dihadiri PARAPUAN pada Jumat (24/0/2021), PT Toba Tenun Sejahtra akan menyajikan ulos dengan terjun langsung mendatangi para penenun dari daerah Sumatera Utara.
Tak dapat dipungkiri bahwa tenun tidak dapat dilepaskan dari peran para penenun yang mayoritas adalah perempuan.
Pasalnya, tenun tradisional diwariskan dari ibu ke anak-anak perempuan mereka secara turun-temurun.
Partonun atau penenun asli Sumatera Utara mayoritas adalah perempuan yang berperan sebagai sumber daya manusia utama untuk menghasilkan kain tenun ulos yang berkualitas.
Dalam bahasa Batak sendiri, partonun diartikan sebagai penjaga budaya yang bekerja demi kelangsungan warisan budaya, menjaga filosofi hidup orang Batak, serta kemahiran tradisional.
Memahami pentingnya peran partonun dalam ekosistem Ulos, PT Toba Tenun Sejahtra pun secara konsisten memberdayakan penenun agar dapat meningkatkan potensi dan keterampilan diri.
Hal ini pun dibutuhkan agar mereka dapat semakin kuat dalam menjaga, mewariskan dan melestarikan Ulos yang berkualitas serta memiliki filosofi penuh makna.
Selain memfasilitasi para partonun untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, PT Toba Tenun Sejahtra juga memberikan dukungan baik materil maupun moral kepada para partonun melalui Jabu Bonang.
Lebih dari itu, partonun juga berperan sebagai upaya PT Toba Tenun Sejahtra untuk meningkatkan literasi kesehatan perempuan dan literasi budaya bagi para artisannya.
“Kami di PT Toba Tenun Sejahtra optimis melalui berbagai program yang kami lakukan bersama mitra stretegis lainnya dapat membuka kesadaran publik mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan wastra nusantara, khususnya wastra Batak", tutur Kerri Na Basaria.
Peran PT Toba Tenun Sejahtra terhadap peningkatan kompetensi dan kualitas hidup partonun pun turut dirasakan Denita Manihuruk, Mitra Partonun & Champion Jabu Bonang.
“Menjadi mitra partonun membuka banyak jalan untuk kehidupan yang lebih baik. Bersama Tobatenun, saya telah mengikuti lokakarya mulai dari tenun motif ulos hingga cara membuat pewarna alami", tutur Denita.
Denita merasakan banyak sekali manfaat dan fasilitas setelah menjadi mitra PT Toba Tenun Sejahtra.
"Besar harapan saya agar semakin banyak partonun mendapatkan kesempatan seperti yang saya dapatkan sehingga nantinya ekosistem tenun semakin besar, kuat, dan berkualitas dan berdampak kepada peningkatan perekonomian hidup kami”, tambah Denita. (*)
Baca Juga: Sarat akan Makna, Filosofi 5 Wastra Indonesia dari Keberkatan hingga Persatuan