“Ada kebutuhan yang sangat besar untuk mengubah desain dari proses yang begitu rumit menjadi keterampilan yang dapat dicapai dan dapat diakses oleh semua orang,” ujar Melanie Perkins.
“Kami ingin Canva menjadi tempat yang dapat dikunjungi, dan karenanya kami membuatnya gratis untuk digunakan. Anda dapat mengunggah gambar Anda sendiri atau memilih dari perpustakaan kami gambar dan ilustrasi premium yang harganya $1. Kami juga memiliki opsi berbayar premium yang memungkinkan kolaborasi yang lebih dekat dalam sebuah tim," tambahnya.
Melansir rilis yang dikeluarkan LinkedIn, Canva juga kerap dinobatkan sebagai tempat kerja terbaik di Australia.
Perusahaan itu juga masuk di urutan pertama “2018 Top Australian Startups”.
Baca juga: Raden Sasnatya, Interpreter Perempuan yang Pernah Bekerja di Imigrasi dan Kepolisian
Kesuksesan yang kini diraihnya adalah tantangan yang besar mengingat dunia bisnis didominasi oleh laki-laki.
“Menjadi entrepreneur perempuan di dunia bisnis yang didominasi laki-laki bisa menjadi sulit, tetapi kita harus selalu fokus pada apa yang menjadi visi. Jika saya berpikir bahwa menjadi perempuan adalah alasan saya ditolak investor, itu hanya akan baung-buang waktu karena itu jelas sesuatu yang tidak bisa diubah. Saya selalu menuangkan energi, waktu, dan kreativitas kepada hal-hal yang bisa diubah,” ujar Melanie.
Selain dikenal sebagai pebisnis sukses dan miliarder, Melanie juga terkenal dermawan.
Akhir 2019 lalu, Melanie mengumumkan bahwa Canva akan bergabung dengan gerakan 1 persen, dengan cara menyumbangkan 1 persen dari keuntungannya untuk aksi sosial.
Tak hanya itu, perusahaan ini juga menciptakan Canva for Education yang dapat diakses secara gratis oleh para pelajar dan guru di seluruh dunia.
Wow sungguh inspiratif sekali ya sosok Melanie dalam membangun Canva! (*)