"Kita bekerjasama dengan kafe yang cukup terkenal di Malang seperti Vosco Coffee, Semat Space, Doroputih, Lapan Cuan,Kongca, Kopi Brewok, dan masih banyak lagi," ujar Ence.
Perempuan berkacamata ini menawarkan prospek nilai dibanding keuntungan dalam bekerjasama dengan kafe-kafe di Malang.
"iLitterless bisa memberikan intangible value daripada financial value. Jika sebuah kafe mengklaim dirinya sustain, tanpa ada komunitas lingkungan yang bekerjasama, sepertinya kurang valid. Nah di sini iLitterless memberikan data dan validasi kontribusi kafe tersebut terhadap lingkungan,"jelas Ence.
Tak hanya itu, iLitterless juga memberikan beberapa service kepada para penyetor sampah.
"Ada dua jenis service. Pertama, ada yang namanya paid pick up yang diperuntukkan klien individual. Mereka dikenakan biaya ongkir karena irreguler. Berbeda dengan kafe. Service untuk kafe gratis karena dia rutin dan banyak sampahnya. Namun jika individu keberatan, bisa drop sampah langsung ke iLitterless," papar dosen muda Universitas Muhammadiyah Malang ini.
Baca juga: Kisah Ence Adinda, Pendiri Komunitas Peduli Sampah iLitterless
"Untuk kafe, ada program pick up my litter (PML). Ini gratis. Kamu juga beri training pegawainya mengenai cara pilah sampah," tambahnya.
Semua sampah anorganik bisa diserahkan ke iLitterless kecuali sampah kemasan multi layer, bubble wrap, styrofoam,sampah medis, dan mika.
Ence juga menekankan pentingnya pilah sampah untuk keseimbangan lingkungan dan sirkular ekonomi.
"Pilah sampah itu penting karena itu pondasi untuk meningkatkan recycle rate di kota malang/indonesia. Selama ini recycle rate kita rendah dan malah impor sampah. Karena kualitas sampah anorganik kita itu jelek. Udah terkontaminasi sama sampah2 organik atau bahkan B3,"jelas Ence.
"Apalagi indonesia udah siap-siap menuju economy sirkular tahun 2025. Jadi kalo konsepnya sirkular ekonomi memang semua bahan yg diproduksi, dikonsumsi, harus balik ke produsen untuk didaur ulang. Dan buat bisa melakukan itu ya dimulai dari pilah sampah," tambahnya lagi. (*)