"Tindakan yang dilakukan jika ditemukan gejala adalah stabilisasi dan pertolongan pertama untuk memperbaiki keadaan umum.
"Selanjutnya kontrol rutin sesuai anjuran untuk memantau perkembangan penyakit, diagnosis KJB, dan penentuan intervensi," ucap dr. Rahmat.
Menurut dr. Rahmat, pada praktiknya, penanganan KJB disesuaikan dengan jenis kelainan dan tingkat keparahannya.
Meski telah mendapatkan intervensi, anak dengan KJB masih mengalami tantangan kesehatan karena anak dengan KJB mengalami pertumbuhan terus menerus, memiliki komposisi tubuh yang bervariasi, dan membutuhkan energi yang adekuat.
Baca Juga: PERKI Paparkan Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kardiovaskular di Masa Pandemi
"Untuk itu, orang tua memiliki peran penting dalam deteksi dini adanya KJB dan mengoptimalkan perawatan dan intervensi bila terindikasi untuk meningkatkan usia harapan hidup dan kualitas hidup anak dengan KJB," saran dr. Rahmat.
Tak sampai situ saja, dr. Rahmat juga menambahkan bahwa tujuan penanganan anak dengan KJB itu berorientasi untuk mencapai medical goals dan health service goals.
Untuk medical goals terdiri dari meningkatkan kapasitas fungsional, mengontrol faktor risiko, mencegah progresivitas penyakit, dan mengurangi risiko kematian.
Sementara health service goals yakni mengurangi waktu perawatan, penggunaan obat-obatan, dan perawatan ulang.
Selain itu, orang tua dari anak dengan KJB juga perlu mewujudkan psychological goals dan social goals.
Psychological goals yakni meningkatkan kualitas hidup dan kepercayaan diri, mengatasi kecemasan dan depresi anak.
Social goals itu anak diharapkan mampu menjalani kehidupan sosial.
(*)