Sekitar tahun 2016 sebelum dirinya dewasa dalam bermedia sosial, ia kerap terlibat adu pendapat dengan para netizen di kolom komentar.
Lama kelamaan, ia sadar hal yang dilakukannya sia-sia dan ingin bersuara lebih keras lagi dengan cara menuliskan pemikiran-pemikirannya ke dalam buku.
"Aku udah capek war di kolom komentar, kayaknya lebih enak kalau aku menulis dengan rapi pikiran-pikiranku di dalam satu buku yang bisa dibaca orang dan dipahami lebih banyak orang lagi," kata Kalis Mardiasih tersenyum bangga.
Cerita Kalis Menjadi Aktivis
Kalis Mardiasih menjadi aktivis yang fokus pada isu perempuan dan anak sejak lima tahun terakhir.
Hal itu lantaran ia kerap membantu organisasi terkait, serta membaca berbagai buku dan studi mengenai perempuan.
Ia juga berkesempatan mengikuti course-course pendek seputar isu perempuan, dan bertemu aktivis-aktivis perempuan muslim se-Asia Pasific yang memperjuangkan kesetaraan gender.
Baca Juga: Cerita Amanda Farliany, Difabel Tunarungu yang Sukses Jadi Youtuber dan Model
Di situlah, ia merasa menemukan jalannya untuk berjuang bersama para aktivis tersebut walau lingkupnya masih sempit.
"Aku merasa kayaknya this is my way," ujarnya sembari mengangkat kedua alisnya mengenang masa beberapa tahun silam.
"Semakin banyak melihat kasus perkawinan anak, misalnya. Kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berbasis gender," imbuh Kalis.
Ia juga mengaku, "Aku bahkan secara khusus selama dua tahun keliling Indonesia untuk belajar literasi digital media islam untuk perempuan."
Dan di sinilah Kalis sekarang. Dirinya menjadi penulis dan aktivis yang banyak bersuara, mengkritik, apapun yang menurutnya mengesampingkan hak perempuan.
Inspiratif sekali, ya, Kawan Puan? (*)