Meski begitu, kondisi tersebut bukan halangan bagi Zairiah untuk mengajar.
Ia terus mengajar dan membentuk karakter anak-anak.
"Usia dini adalah masa emas bagi anak-anak. Di sini, anak harus dibentuk dahulu karakternya," kata Zairiah menjelaskan.
Zairiah pun sempat mengatakan kalau ia khawatir dengan anak didiknya selama masa PPKM dan sekolah dilakukan jarak jauh.
"Tidak semua orang tua murid memiliki ponsel agar anaknya bisa belajar daring," kata Zairiah.
Lingkungan sekitar TK Nursa pun banyak dihuni oleh masyarakat kelas bawah yang rata-rata bekerja sebagai nelayan maupun pedagang ikan.
Maka dari itulah, Zairiah dan guru lainnya berinisiatif mendatangi para murid.
Mereka mengajar di rumah murid tersebut dengan protokol kesehatan ketat selama dua kali dalam sepekan.
Satu kali pertemuan diikuti oleh tiga sampai dengan empat anak dengan pembagian mencapai tiga kali sesi.
Baca Juga: Bangga, Dua Mahasiswi UGM Wakili Indonesia di Kompetisi ASEAN DSE 2021
"Capek sih, capek harus jalan ke rumah murid. Tapi bagaimana ya, memang begini siasatnya agar anak-anak bisa tetap belajar, karena rata-rata masyarakat kelas bawah," kata Zairiah.
Memperingati Hari Guru Sedunia tanggal 5 Oktober, Zairiah adalah salah satu sosok perempuan yang menjadi realitas dari kerelaan guru dalam mendidikan calon penerus bangsa.
Bagi Zairiah, keterbatasan yang dialaminya maupun yang dialami siswanya tidak boleh menjadi alasan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan.
"Yang penting, anak-anak bisa terus belajar, karena ini penting bagi masa depan mereka," tegasnya. (*)