Parapuan.co - Bagi perempuan, menjadi peneliti memiliki banyak tantangan yang bisa dibilang berbeda jika pekerjaan ini dilakukan laki-laki.
Pasalnya, tantangan menjadi peneliti bagi perempuan bukan sebatas bergelut dengan penyakit, tempat kotor, atau harus menyesuaikan diri berada di tempat terpencil.
Akan tetapi, tantangan terberat menjadi peneliti bagi perempuan ada hubungannya dengan kodrat yang tak bisa dilepaskan.
Ilmuwan Citra Indriani, peneliti sekaligus investigator epidemi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan soal tantangan tersebut saat dihubungi PARAPUAN.
Baca Juga: Beda dari Penerjemah, Ini Tantangan Profesi Interpreter yang Bergaji Besar
Baru-baru ini kepada PARAPUAN, ia membongkar hal terberat yang pernah dialaminya dan mungkin masih banyak lagi peneliti perempuan lain di luar sana.
Tantangan terberat adalah ketika harus melakukan riset saat dalam kondisi mengandung buah hati.
Akademisi UGM ini mengaku, dirinya pernah melakukan riset di Nusa Tenggara Timur (NTT) sewaktu hamil muda pada tahun 2010 lalu.
Kegelisahannya muncul lantaran ia mempunyai riwayat keguguran, dan kala itu kembali menghadapi risiko yang sama.
Mau tak mau, ia yang sudah terlanjur berada di NTT tak bisa pulang ke Yogyakarta seketika itu juga.
Padahal, fasilitas kesehatan di NTT saat itu pun belum sebaik sekarang, di mana ia harus menunggu sepekan jika ingin bertemu dokter spesialis kandungan.
"Rumah sakit waktu itu menyampaikan kalau baru ada bidan. Dan kalau mau ketemu dokter spesialis harus menunggu minggu depan," ungkap Citra Indriani.
Hal itu membuat Citra menentukan sendiri apa yang nyaman baginya dan aman untuk sang buah hati.
Kendati anggota tim peneliti mengizinkannya beristirahat dari agenda yang sudah ditetapkan, dirinya tetap membantu walau sambil bedrest.
"Sebetulnya diperbolehkan istirahat oleh ketua tim, tapi role yang saya pegang saat itu sebagai pengelola data riset hanya saya yang bisa melakukan," tambahnya.
"Antara harus bedrest total, tidak ingin membebani orang lain di sana, ada kekhawatiran kalau kenapa-kenapa," kenangnya sambil tertawa.
Baca Juga: 3 Perempuan Pengusaha Ini Berhasil Taklukkan Tantangan di Dunia Usaha
Beruntung ia berhasil melewati masa sulit, terlebih karena sang suami pada akhirnya menyusul ke NTT untuk memberikan dukungan.
Di sisi lain, tak dapat dipungkiri Citra pernah pula khawatir akan terjangkit penyakit lantaran berada beberapa lama di wilayah epidemi.
Akan tetapi, ia dan tim selalu melakukan langkah preventif sebagai pencegahan, salah satunya dengan mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap.
Baca Juga: Tantangan Pilot Mellisa Anggiarti Bekerja di Bidang yang Didominasi Lelaki
Misalnya memakai pakaian pelindung, face shield, dan masker medis agar aman dari virus yang mungkin menempel di tubuhnya.
Terlepas dari tantangan di atas, menjadi peneliti seperti Citra Indriani cukup seru dilakukan perempuan.
Apalagi, profesi ini mengharuskan pelakunya mendatangi daerah-daerah berbeda di Indonesia.
Kawan Puan yang hobi traveling boleh sekali jika ingin menjalani profesi sebagai peneliti. (*)