Parapuan.co - Kawan Puan, Komite Seleksi Oscar Indonesia (The Indonesian Oscar Selection Committe) telah memutuskan memilih film Yuni sebagai wakil resmi Indonesia di ajang Piala Oscar ke-94 (2022).
Film karya sutradara perempuan Kamila Andini ini akan mewakili Indonesia di kategori The International Feature Film Award.
Keputusan Film Pilihan Komite Seleksi Oscar Indonesia 2021 itu diambil dalam rapat terakhir komite 13 Oktober lalu.
Komite Seleksi Oscar Indonesia yang dibentuk oleh pengurus Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) terdiri atas 13 anggota.
Komite tersebut diketuai oleh sineas Hanung Bramantyo. Meski di tengah pandemi, Komite Seleksi Oscar Indonesia tetap menjalankan fungsinya sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat.
Baca Juga: Film Yuni Karya Kamila Andini Wakili Indonesia di Ajang Oscar ke-94
Komite Seleksi Oscar Indonesia berharap agar era pandemi ini tidaklah menjadi kemunduran besar bagi sinema Indonesia.
Betapa tidak, sekadar informasi, Indonesia telah berpartisipasi mengikui ajang Piala Oscar untuk kategori film fitur Internasional terbaik sejak 1987.
Penghargaan diberikan setiap tahun untuk film panjang yang diproduksi di luar Amerika Serikat yang sebagian besar berisi non dialog bahasa Inggris.
Berdasarakan rilis yang PARAPUAN terima, komite seleksi Oscar mengkaji bahwa Yuni mampu membawa penonton sangat dekat dengan masalah remaja perempuan.
Terutama perempuan usia akil balig, di tengah perubahan zaman penuh paradoks. Mulai dari masalah patriarki, religi, perempuan, seks, dunia kerja, serta pendidikan.
Masalah tersebut direlasikan dalam dunia sekolah, rumah, hingga ruang publik perempuan akil balig dalam tuturan sehari-hari.
"Kamila Andini dengan cara tutur sederhana dan alamiah sebagai kekuatan utamanya tanpa upaya menggugat dan menghakimi, mampu membawa isu sensitif yang tidak mudah diangkat ke layar lebar," tulis komite seleksi.
Komite seleksi melihat bahwa cara tutur dan konsep visual keseharian yang menjadi kekuatan utama film Yuni untuk bersaing di Oscar 2022.
Film Yuni dinilai sebagai sebuah konsep film dengan tingkat kerumitan yang tinggi, apalagi dengan membawa isu sensitif di dalamnya.
Baca Juga: Film Yuni Karya Sutradara Perempuan Raih Belasan Nominasi Festival Film Indonesia
Konsep tersebut ternyata langka dalam sinema Indonesia, terutama yang menyoroti masalah perempuan.
"Kamila berani dan mampu melakukannya dengan baik. Pertimbangan-pertimbangan tersebut membuat Yuni menonjol dibandingkan kandidat film lainnya," papar komite seleksi.
Isu keseharian yang familiar dan warna lokal yang kental, serta prestasi yang telah dicapai di beberapa ajang festival internasional, membuat film Yuni diyakini layak dan mampu bersaing dengan film-film dari negara lainnya di ajang Oscar nanti.
Seperti judulnya, Film Yuni menceritakan kisah seorang gadis remaja bernama Yuni (Arawinda Kirana) yang cerdas dengan mimpi besar.
Ia pikir semuanya mungkin untuk tercapai, hingga suatu hari ia dilamar oleh seorang pria yang hampir tidak ia kenal sama sekali.
Yuni menolak lamaran tersebut, yang kemudian membuatnya jadi pembicaraan di kampungnya.
Lamaran kedua datang. Yuni masih percaya dengan mimpinya, begitu pun dengan keluarganya.
Masalah diperumit dengan mitos tentang larangan menolak lamaran lebih dari dua kali, yang jika dilanggar, akan membuat pelanggar tidak akan bisa menikah.
Menghadapi semua tekanan ini, Yuni mencari pelarian pada hubungannya dengan Yoga (Kevin Ardilova), adik kelas pemalu di sekolahnya.
Selain itu, pelariannya juga pada puisi dari kelas sastra yang diampu oleh guru kesayangannya, Pak Damar (Dimas Aditya).
Lewat puisi, Yuni merasa bisa menghilang dan bersembunyi sejenak dari dunianya.
(*)