Terlebih lagi, pilihan pekerjaan untuk pekerja termasuk perempuan bekerja di Indonesia tidak sama dengan di AS.
"Situasi industrial relation di AS berbeda dengan di Indonesia. Ini akan berpengaruh terhadap sikap mengundurkan diri pekerja AS yang menuntut kenaikan gaji. Kesempatan kerja di AS masih besar sehingga tuntutan kenaikan gaji masih memungkinkan ganti atau pilih pekerjaan," ucapnya.
Kondisi ini berbeda dengan yang ada di Indonesia. Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lebih rendah dibandingkan di AS.
Terlebih lagi dampak pandemi Covid-19 juga sangat memberatkan bagi perekonomian Indonesia.
"Di Indonesia, kesempatan kerja di Indonesia sangat sempit sehingga tidak memungkinkan bagi pekerja untuk memilih ganti pekerjaan jika tuntutan kenaikan gaji tidak dikabulkan. Apalagi jumlah PHK pada masa pandemi Covid-19 masih sangat tinggi," kata Aloysius.
Baca Juga: 5 Kemampuan Ini Harus Dimiliki Perempuan Karier Saat Kerja Jarak Jauh
Masih melansir Kompas, banyak anggota masyarakat AS yang lebih memilih untuk berhenti kerja dibanding harus kembali bekerja di kantor (work from office/WFO) secara penuh.
Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam itu mencatat rekor terbaru dengan 4,3 juta orang memilih berhenti kerja pada Agustus 2021.
Mengutip CNN via Kompas, jumlah pekerja yang berhenti naik sekitar 242.000 orang dibanding bulan Juli.
Sebab, banyak pekerja yang menuntut gaji lebih tinggi, kondisi kerja yang lebih baik, dan pengaturan kerja yang lebih fleksibel.
Jumlah orang yang berhenti kerja ini meningkat di bidang akomodasi dan layanan makanan, perdagangan grosir, serta pendidikan negara bagian dan lokal.
Tentu hal ini berbeda dengan kondisi para perempuan bekerja di Indonesia.