Parapuan.co - Tak bisa dimungkiri, kesehatan seksual dan reproduksi perempuan akan terdampak setelah melakukan tindakan aborsi.
Pasalnya, belakangan, isu aborsi tengah ramai diperbincangkan oleh publik karena melibatkan aktor Korea Selatan yang tengah naik daun, Kim Seon Ho.
Meski Dispatch telah mengungkap fakta terbaru, sebelumnya pemeran utama drakor Hometown Cha-Cha-Cha itu diduga memaksa sang mantan melakukan aborsi.
Terkait kasus aborsi, untuk di Indonesia sendiri praktik ini masih marak tapi jumlahnya sulit dipastikan, lantaran kasus yang terungkap sangat kecil, mengutip BKKBN.
Namun, pada kenyataan kasusnya menggelembung di bawah permukaan, ibarat gunung es.
Seperti kita ketahui, apapun alasannya tindakan aborsi bukanlah suatu keputusan yang gampang.
Baca Juga: Ini yang Harus Kita Lakukan Jika Idol Terseret Skandal Kekerasan Seksual
Selain itu, setiap tindakan tentu saja ada risikonya, termasuk aborsi yang bisa berdampak pada kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.
Bahkan, bagi sebagian perempuan, risiko yang terjadi bisa berakibat sangat fatal.
Umumnya, efek samping aborsi yang akan dirasakan setelah tindakan adalah pendarahan, kram, pusing, mual, muntah, dan kantuk.
Namun, di samping itu, tindakan aborsi dapat menyebabkan sederet masalah kesehatan organ kewanitaan yang lebih berbahaya.
Risiko ini dapat bervariasi tergantung jenis prosedur yang dilakukan.
Melansir dari laman CompassCare, berikut risiko kesehatan seksual dan reproduksi perempuan pada jangka panjang dari tindakan aborsi.
1. Kanker payudara
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aborsi dapat meningkatkan risiko perempuan terkena kanker payudara.
Analisis tahun 2013 mengungkapkan, peningkatan risiko kanker payudara sebesar 44% di antara perempuan yang telah melakukan setidaknya satu kali aborsi.
Risiko ini relatif meningkat menjadi 76% dan 89% pada mereka yang melakukan setidaknya dua atau tiga kali aborsi, masing-masing.
Penting untuk dicatat, kehamilan pertama seorang perempuan hingga ia melahirkan menyebabkan sel-sel payudara menjadi matang dapat mengurangi risiko terjadinya kanker payudara.
Baca Juga: Kronologi Skandal Kim Seon Ho, dari Pengakuan Anonim hingga Permohonan Maaf
2. Radang panggul
Risiko kesehatan organ kewanitaan lainnya yang dapat terjadi adalah penyakit radang panggul.
Hal ini terjadi karena adanya Chlamydia di saluran serviks pada saat aborsi, sehingga terjadi peningkatkan risiko PID pasca aborsi.
Dari pasien yang memiliki infeksi Chlamydia pada saat aborsi, 23% di antaranya akan mengalami PID dalam waktu 4 minggu.
Sementara, PID sendiri dapat menimbulkan dampak serius, termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, pembentukan abses, dan nyeri panggul kronis.
3. Infertilitas dan risiko melahirkan di masa depan
Komplikasi yang dapat timbul dari tindakan aborsi induksi yakni infeksi dan kerusakan pada rahim.
Kawan Puan harus tahu bahwa kondisi ini nantinya dapat menyebabkan infertilitas dan peningkatan risiko melahirkan anak di masa depan.
Dalam kasus aborsi medis, risiko komplikasi ini meningkat pada perempuan yang memiliki risiko tinggi yang menggunakan alat kontrasepsi (IUD), tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, penyakit jantung, penyakit hati, ginjal atau paru-paru yang parah, atau perokok berat.
Aborsi bedah trimester pertama dilakukan dengan pelebaran dan kuretase dan mengakibatkan Sindrom Asherman atau Sinekia uterus.
Hal itu dapat meningkatkan risiko aborsi spontan pada pertengahan trimester berikutnya dan kelahiran dengan berat badan lahir rendah.
Serviks yang tidak dalam kondisi baik juga merupakan risiko kelahiran prematur yang disebabkan oleh aborsi bedah.
4. Aborsi dan disfungsi seksual
Beberapa perempuan mengalami disfungsi seksual setelah aborsi, berikut yang masalah seksual yang timbul setelah aborsi.
- Vagina semakin kering.
- Hasrat seksual menurun.
- Kehilangan kemampuan orgasme.
- Dispareunia (hubungan seksual yang menyakitkan).
Baca Juga: 4 Masalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan yang Buat Sulit Hamil
Nah, itu ialah 4 risiko kesehatan seksual dan reproduksi perempuan yang cukup fatal dan dapat terjadi pada jangka panjang setelah adanya tindakan aborsi.
Semoga bermanfaat dan menjadi pertimbanganmu sebelum mengambil tindakan apa pun, ya! (*)