Sebelum Perempuan Menikah, Tonton Rekomendasi Film Tentang Pernikahan

Ratu Monita - Senin, 1 November 2021
Rekomendasi film tentang perempuan menikah.
Rekomendasi film tentang perempuan menikah. netrun78

Parapuan.co - Kehidupan setelah seorang perempuan menikah mungkin tidak akan seindah cerita dalam dongeng.

Sebab, dalam pernikahan perbedaan pendapat, perdebatan, hingga timbulnya berbagai konflik sangat bisa muncul. 

Hal tersebut menjadi bumbu dalam kehidupan pernikahan yang harus dihadapi dengan baik dan dapat membuat ikatan pernikahan semakin erat. 

Beruntungnya, kini terdapat sejumlah film yang menggambarkan berbagai masalah dalam pernikahan dan realitas dunia pernikahan sebenarnya. 

Berikut rekomendasi film yang bisa ditonton sebelum seorang perempuan menikah dan mantap dengan pasangannya: 

 

Baca Juga: Setelah Perempuan Menikah, Tips Mengatasi Rasa Bosan dengan Pasangan

1. Kapan Kawin

Rilis tahun 2015, film ini bercerita tentang Dinda (Adinia Wirasti) yang menyewa Satrio (Reza Rahardian) sebagai pacarnya untuk dikenalkan ke orang tuanya. 

Dinda sendiri merupakan seorang perempuan lajang yang bekerja sebagai general manager di sebuah hotel dan sedang berada di puncak kariernya. 

Berdurasi 115 menit, film ini menggambarkan sosok orang tua Dinda yang belum menganggapnya sukses karena ia bukan wanita menikah padahal usianya sudah 30 tahun lebih.

Kerap menghadapi teror pertanyaan "kapan kawin?" dari orang tuanya, Dinda pun mulai menyusun sebuah rencana.

 

 

Dinda akhirnya memutuskan untuk menyewa aktor teater bernama Satrio atas saran temannya. Ia kemudian membawa Satrio pulang ke Yogyakarta untuk menghadiri acara ulang tahun ayahnya.

Sayangnya, rencana ini tidak berjalan mulus karena Satrio sulit mengikuti arahan sandiwara dari Dinda.

2. Twivortiare

Diadaptasi dari novel karya Ika Natassa, Twivortiare dirilis pada tahun 2019 lalu.

Berdurasi 103 menit, kisah cinta seorang perempuan menikah bersama seorang cardiologist bernama Beno dengan kisah cinta keduanya yang cukup kompleks diangkat. 

Diperankan oleh Reza Rahardian dan Alexandra Rhea, cerita pertemuan keduanya yang sederhana lalu menikah dalam hitungan bulan disorot. 

 

Baca Juga: Untuk Perempuan Menikah, Ini Tips Langgeng Jalani Long Distance Marriage

Gaya hidup hidup masyarakat urban menggerogoti perasaan mereka karena kesibukkan keduanya di pekerjaan masing-masing hingga mengganggu rumah tangganya.

Alhasil, mereka pun memutuskan untuk berpisah. Namun, tak sampai di situ karena mereka pun dipertemukan kembali secara tidak sengaja.

3. 7 Hari 24 Jam

Dirilis perdana pada 2014, film ini mengangkat tema drama keluarga yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo dan Lukman Sardi.

Film ini bercerita tentang seorang wanita menikah dengan seorang sutradara sibuk. Tania (Dian Sastro Wardoyo) dan Tyo (Lukman Sardi) keduanya tinggal di kota metropolitan, Jakarta.

Tania merupakan seorang wanita karier yang menjabat sebagai CRM (Customer Relationship Manager) di sebuah bank ternama.

Sementara, Tyo berprofesi sebagai sutradara yang disibukan dengan kegiatan syuting dan produksi film.

 

 

Meski sama-sama sibuk dan workaholic, Tania dan Tyo selalu bisa seimbang untuk berperan bagi keluarga, termasuk peran sebagai orangtua bagi puteri semata wayang mereka yang bernama Alya (Hadijah). 

Suatu ketika, Tyo jatuh sakit karena kelelahan syuting dan harus dirawat di rumah sakit.

Tania pun menjadi lebih sibuk dari biasanya karena harus menyeimbangkan tugas menjaga suaminya di rumah sakit, bekerja, serta mengurus rumah dan anak.

Karena kelelahan, Tania akhirnya jatuh sakit dan berbagi ruangan yang sama selama 7 hari 24 jam dengan Tyo.

Kehidupan perempuan menikah yang harus mampu multiperan disorot dengan apik dalam film ini. 

Baca Juga: Pentingnya Memahami Masalah Stunting Sebelum Perempuan Menikah

4. Crazy Rich Asian

Crazy Rich Asians adalah film komedi romantis yang dirilis pada 2018 lalu. 

Film ini mengisahkan dua karakter bernama Rachel Chu (Constance Wu) yang melakukan perjalanan ke Singapura bersama Nick Young (Henry Golding) untuk menghadiri pernikahan sahabatnya.

Setibanya di kampung halaman Nick, Rachel terkejut karena tahu kekasihnya tersebut merupakan anak dari konglomerat di Singapura.

Selain perbedaan kelas dan gaya hidup, Rachel harus menghadapi tantangan lainnya yaitu ibu Nick, Eleanor (Michelle Yeoh) yang tidak menyetujui hubungan mereka. 

Semuanya terasa semakin berat saat Nick dan Rachel mulai sering bertengkar karena masalah tersebut. Tidak disetujui menjadi masalah sebelum wanita menikah ya, Kawan Puan. 

5. Critical Eleven 

Dalam dunia penerbangan, dikenal sebuah istilah yakni critical eleven atau 11 menit paling kritis di dalam pesawat.

Disebut waktu yang kritis karena secara statistik 80% kecelakaan pesawat terjadi dalam rentang waktu tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing.

Dalam film ini, digambarkan 11 menit penting di momen pertemuan pertama yaitu tiga menit pertama bersifat kritis karena saat itulah kesan pertama mulai terbentuk dan delapan menit sebelum berpisah.

Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta - Sydney dan pertemuan itu pun membuat keduanya saling mengenal.

Baca Juga: Setelah Perempuan Menikah, Ini Cara Mengatasi Insecure dalam Hubungan

Sejak pertemuan itu berakhir, Ale yakin bahwa dia begitu menginginkan Anya hingga akhirnya keduanya menjalin hubungan dan melanjutkannya dalam sebuah mahligai pernikahan.

Memutuskan untuk pindah ke New York, ternyata kota tersebut membawa berkah bagi keduanya yakni kehamilan Anya.

Namun, kehidupan pernikahan keduanya tak berjalan mulus karena diterjang sebuah insiden yang membuat mereka tidak hanya mempertanyakan cinta, melainkan juga bergumul dengan ego dan harus memilih.

Menyerah dalam amarah atau menyembuhkan luka dan bertahan dalam ketidakpastian.

Demikian rekomendasi film tentang kehidupan seorang perempuan menikah dengan pasangannya yang tak selalu berjalan indah. Selamat menonton!

(*) 

Sumber: Kompas.com,tribunnews
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja