Ada gaun pesta cantik yang turun harga, jari kita langsung bergerak memasukkan dalam keranjang dan membayar, padahal saat ini nyaris tak pernah ada pesta atau resepsi.
Sebelum tidur iseng buka marketplace, eh ada earphone cuma 10 ribu dan beberapa hari kemudian paket pun tiba.
Akhirnya, begitu banyak barang menumpuk di rumah kita. Bahagiakah kita dengan banyaknya barang yang kita miliki? Berapa lama perasaan bahagia kita bertahan setelah membeli suatu barang?
Jangan-jangan malah kita tiba-tiba teringat, “Eh sepatu stiletto merah itu ada di mana, ya? Baru satu kali dipakai”.
Atau, “Wah, kayaknya punya sleeping bag yang sudah 5 tahun sejak dibeli tapi rencana camping hanyalah sebatas wacana. Jangan-jangan sudah berjamur.”
Hidup pun menjadi tidak tenang karena memikirkan barang-barang yang kita miliki.
Koike Ryunosuke, pengarang Happiness Without Money membagikan pengalamannya tentang bagaimana ia menggunakan uang dalam hidupnya.
Tak ada ruginya kita mencoba, karena di buku ini juga ada teknik membuang barang.
Ya, jangan merasa sayang membuang barang, karena sebenarnya membeli barang yang “sia-sia” itu lebih sayang daripada membuangnya.
Cobalah membuang benda mulai dari benda yang paling mudah disingkirkan, dan perhatikan bagaimana perasaan kita setelah membuangnya.