Tertangkap dan Diasingkan
Cut Nyak Dhien semakin rentan semenjak Teuku Umar meninggal dunia. Kondisi kesehatannya pun semakin menurun.
Hal itu membuatnya sempat lengah hingga pasukan Belanda menyerang dan menangkapnya.
Setelah ditangkap, pahlawan perempuan tersebut kemudian dibawa ke Banda Aceh sampai berangsur pulih.
Akan tetapi, Belanda kemudian malah mengasingkannya ke Sumedang, Jawa Barat.
Hal itu dilakukan karena Belanda takut kehadiran Cut Nyak Dhien di Aceh akan kembali mmebangkitkan semangat perlawanan rakyat.
Di Sumedang, Cut Nyak Dhien ditempatkan di daerah pengasingan bersama tahanan politik Aceh lainnya.
Baca Juga: Kisah Nyi Ageng Serang, Penasihat dan Panglima Perang Diponegoro
Hingga pada 6 November 1908, ia meninggal dunia lantaran usianya yang telah renta.
Cut Nyak Dhien dimakamkan di daerah pengasingan, dan makamnya baru ditemukan pada tahun 1959.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2 Mei 1962, Soekarno melalui SK Presiden RI Nomor 106 Tahun 1964 mengangkat Cut Nyak Dhien menjadi pahlawan nasional. (*)