“Terapi seluler biasanya dilakukan setelah kemoterapi, untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat kemoterapi dan juga memiliki kemampuan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang masih tersisa,” ujar dr. Resti.
Selain transplantasi sel punca, Rumah Sakit Kanker Dharmais juga menghadirkan pilihan terapi seluler lain, yaitu donor lymphocyte infusion (DLI).
Terapi ini berupa pemberian infus berisi limfosit, salah satu jenis sel darah putih, yang berasal dari donor kepada pasien leukemia.
Limfosit ini nantinya akan mengenali sel-sel kanker dan dapat menghancurkan sel-sel ganas tersebut.
Terapi ini adalah terapi penyelamatan yang dilakukan jika pasien kembali mengalami kekambuhan pasca menerima transplantasi.
Baca Juga: 5 Manfaat Minum Teh Hijau bagi Kesehatan, Bisa Tingkatkan Fungsi Otak
Terapi ini dapat menjadi pilihan di saat tidak ada lagi pilihan terapi yang dapat dilakukan.
“Rumah Sakit Kanker Dharmais sudah memiliki fasilitas yang mampu memproses darah perifer untuk kemudian mendapatkan sel punca atau sel darah putih yang akan digunakan dalam terapi leukemia,” jelas dr. Yanto Ciputra, M.Biomed mewakili Unit Transfusi Darah RS Kanker Dharmais.
Tentunya terapi seluler ini bukanlah terapi sederhana.
“Pasien harus dinilai terlebih dahulu oleh seorang ahli hematologi dan onkologi sebelum ditetapkan sebagai kandidat yang cocok untuk menerima terapi seluler. Dan tidak semua pasien dapat menerima transplantasi sel punca yang berasal dari dirinya sendiri, sehingga ia membutuhkan sel dari donor atau alogenik,”ujar dr. Resti kembali.
Kendala yang sering kali dihadapi dalam transplantasi alogenik maupun DLI adalah menemukan donor yang cocok dalam kurun waktu singkat.