"Emang enggak pernah jenuh, karena mungkin aku bermain harpa dengan hati ya," bongkarnya.
Di sisi lain, ia juga menjelaskan bahwa dirinya selalu meningkatkan dan mengaktualisasi diri agar tidak bosan dengan kehidupannya.
"Aku orangnya selalu meng-upgrade dan meng-update tujuan hidup aku setiap lima tahun," tambahnya.
"Jadi selalu ada tujuan selalu ada step yang aku rancang, baik dalam pikiran aku, kemudian aku membawa itu menjadi satu doa," katanya lagi.
Maya mengungkap jika dirinya memang tidak memiliki titik jenuh, tetapi ia pernah berada di titik stagnan.
Baca Juga: Puan Talks: Maya Hasan Bagikan Kisahnya Dirikan Komunitas Myndfulact
"Stagnan di mana aku tiba-tiba berpikir lima tahun lagi mau jadi apa. Nah, di saat itu aku mengenal harp for healing atau music for healing," jelas Maya.
Mulai tahun 2000, Maya yang awalnya menjadi pemain orkestra kemudian masuk ke pop.
Tak hanya itu saja, Maya juga merambah musik jazz, heavy metal, musik tradisional, bahkan kolaborasi dengan DJ.
Maya menegaskan bahwa musik adalah suatu passion is in the blood. Dalam arti lain, musik itu mengalir dalam darah dan membuat hidup lebih bersemangat.
"Pemain musik itu enggak ada berhentinya, sedih ya main musik. Tidak pernah jenuh bukan berarti engga pernah sedih. Jengkel main musik, cari duit juga main musik," ungkap Maya yang dengan bangga hidup dalam apa yang diimpikan.
(*)