Parapuan.co - Selain Hari Ayah, 12 November juga bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional.
Memperingati Hari Kesehatan Nasional ini, Kawan Puan tampaknya perlu tahu sosok perempuan hebat di dunia kesehatan di Tanah Air.
Salah satunya adalah Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjabat saat usianya 71 tahun.
Hal itu membuat Nafsiah Mboi menjadi Menkes tertua.
Ia pun menjabat selama kurang lebih 2 tahun, yaitu pada 14 Juni 2012 sampai 20 Oktober 2014.
Seperti apa profil dan kiprah Nafsiah Mboi sebelum hingga sesudah menjabat Menteri Kesehatan?
Berikut perjalanan karier Nafsiah Mboi seperti dikutip dari Kompas.com!
Baca Juga: Profil Ainun Habibie, Dokter di Balik Lahirnya Fatwa Halal Donor Mata
Profil Nafsiah Mboi
Perempuan yang mempunyai nama asli Andi Nafsiah Walinono ini lahir di Sengkang, Sulawesi Selatan, 14 Juli 1940.
Mboi diambil dari nama sang suami, yaitu dr. Aloysius Benedictus Mboi, M.P.H. yang pernah menjabat Gubernur NTT (1978-1988).
Ia merupakan lulusan Spesialisasi Dokter Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1971.
Ia menikah dengan sang suami dan langsung pindah ke Nusa Tenggara Timur yang kala itu masih dianggap sebagai provinsi tertinggal di Indonesia.
Di sana, ia dan suami berjuang mengangkat derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat NTT.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1990, Nafsiah mengambil gelar Master of Public Health dari Prince Leopold Institute of Tropical Medicine, Antwerp, Belgium.
Perjalanan karier
Nafsiah Mboi memulai kariernya di bidang kesehatan semenjak awal tahun 1960-an.
Pada 1964-1998, ia tercatat menjalani karier sebagai Pegawai Negeri di Departemen Kesehatan.
Dirinya pernah pula menjabat anggota DPR pada 1992 dan Pegawai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1999-2002.
Di PBB, ia memangku jabatan penting sebagai Direktur Department of Gender and Women's Health pada World Health Organization Pusat di Geneva, Swiss.
Baca Juga: 5 Pilihan Profesi Wanita Karir di Bidang Kesehatan, Apa Saja?
Beberapa jabatan lain yang pernah diemban Nafsiah Mboi, di antaranya:
- Kepala Rumah Sakit Umum, Ende, Flores (1964-1968)
- Kepala Seksi Perijinan pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi NTT, Kupang (1979-1980)
- Kepala Bidang Bimbingan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan Masyarakat (BPPKM) pada Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi NTT, Kupang (1980-1985)
- Anggota DPR/MPR RI (1992-1997)
- Ketua Komite PBB untuk Hak-Hak Anak (1997-1999)
- Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (sejak 2006)
Sebelum menjabat Menteri Kesehatan pada 2012, Nafsiah Mboi sempat beberapa kali jadi kandidat.
Namun, kesempatan memangku jabatan Menkes baru diraih saat usianya 71 tahun.
Kala itu, ia menggantikan posisi Menkes sebelumnya, yaitu Endang Rahayu Sedyaningsih.
Prestasi yang pernah diraih
Selama berkarier, perempuan hebat ini tercatat sudah banyak menorehkan prestasi berskala nasional hingga internasional.
Ia pernah mendapatkan sejumlah penghargaan sebagai berikut:
- Ramon Magsaysay Foundation Award for Government Service dari Ramon Magsaysay Foundation, Manila, Philippines (1986)
- Satya Lencana Bhakti Sosial dari Presiden Republik Indonesia (1989)
- Fellow of the Australia-Indonesia Institute (1993)
- Penghargaan dari Asia HRD Congress (2008)
- Penghargaan Soetomo Tjokronogoro yang diberikan oleh PB-IDI (2009)
Tak cukup sampai di situ, Nafsiah Mboi juga tercatat mempunyai lebih dari 70 karya yang terpublikasi, baik berbahasa Indonesia maupun Inggris.
Selain buku, karya-karyanya tersebut juga terdiri dari majalah dan artikel yang terbit di dalam dan di luar negeri.
Baca Juga: Profil Sulianti Saroso, Dokter Penggagas KB yang Pernah Ditegur Soekarno
Di sisi lain, perempuan yang mempunyai tiga putra ini dikenal pula sebagai sukarelawan dan pekerja masyarakat yang sangat aktif.
Ia adalah sosok yang berkomitmen untuk kesetaraan dalam masyarakat, dan menjadi aktivis hak-hak asasi manusia.
Bahkan, dirinya, turut terlibat menjadi pendiri Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia, anggota Komnas HAM, dan Wakil Ketua Komnas Perempuan.
Hebat ya, Kawan Puan?
(*)