Akibat Kekerasan pada Perempuan, Ini Gejala dan Dampak Trauma Bonding

Putri Mayla - Minggu, 14 November 2021
Kekerasan pada perempuan dapat sebabkan trauma bonding. Selanjutnya, hal ini memiliki gejala dan dampak bagi penyintas.
Kekerasan pada perempuan dapat sebabkan trauma bonding. Selanjutnya, hal ini memiliki gejala dan dampak bagi penyintas. elenaleonova

Parapuan.co - Penyintas kekerasan pada perempuan dapat merasakan trauma bonding.

Melansir Verywellmind, trauma bonding merupakan keterikatan yang dirasakan penyintas kekerasan pada pelakunya.

Khususnya dalam hubungan dengan pola siklus pelecehan.

Trauma bonding tercipta karena siklus pelecehan dan penguatan positif.

Setelah situasi pelecehan terjadi, pelaku menyatakan cinta, penyesalan, dan sebaliknya mencoba membuat hubungan terasa aman dan dibutuhkan untuk orang yang dilecehkan.

Baca Juga: Efek Kekerasan pada Perempuan Bagi Kesehatan Mental Penyintas

Trauma bonding menjadi salah satu alasan mengapa meninggalkan situasi yang penuh kekerasan bagi penyintas kekerasan pada perempuan terasa membingungkan.

Ini melibatkan perasaan positif atau cinta untuk pelaku.

Sehingga, membuat orang yang dilecehkan merasa terikat dan bergantung pada pelakunya.

Istilah trauma bonding diciptakan oleh Patrick Carnes, PhD, CAS pada 1997.

Lantas, seperti apa kejahatan terhadap perempuan dapat menyebabkan trauma bonding, dan apa dampaknya?

Tanda dan gejala trauma bonding

Karena tidak semua situasi kekerasan pada perempuan menghasilkan trauma bonding, ini beberapa tanda dan gejala berada dalam hubungan trauma bonding.

- Seorang korban pelecehan menutupi atau membuat alasan kepada orang lain atas perilaku pelaku;

- Seorang korban pelecehan berbohong kepada teman atau keluarga tentang pelecehan tersebut;

- Seorang korban merasa tidak nyaman atau tidak mampu meninggalkan situasi yang melecehkan itu;

- Seorang korban pelecehan mengira pelecehan itu adalah kesalahan mereka.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan, Begini Tanda-tanda Kekerasan Finansial

Dampak trauma bonding

Dampak terbesar dan terburuk dari trauma bonding adalah perasaan positif yang dikembangkan untuk pelaku.

Perasaan positif dapat membuat seseorang tetap berada dalam situasi yang kasar.

Itu dapat menyebabkan pelecehan terus-menerus dan kematian sebagai akibat paling buruk.

Setelah dipisahkan dari pelaku, seseorang dengan trauma yang melekat pada dirinya dapat mengalami banyak hal.

Mulai dari trauma yang berkelanjutan hingga harga diri yang rendah.

Dampak kekerasan dalam bentuk penurunan harga diri penyintas berlanjut hingga enam bulan setelah perpisahan dari pelaku. 

Maka dari itu, kejahatan terhadap perempuan hingga menyebabkan trauma bonding perlu segera disadari.

Selain itu, efek samping dari trauma bonding dapat mencakup depresi dan kecemasan.

Ini juga dapat meningkatkan kemungkinan siklus pelecehan antar generasi.

Cara memutuskan bonding

Jika kamu pernah mengalami situasi pelecehan dan menyebabkan trauma bonding, prioritaskan untuk keluar dari trauma tersebut.

Jika kamu berada dalam situasi yang kasar, kamu harus meninggalkannya dan meminta bantuan kepada orang terdekat, atau meminta bantuan profesional.

Kemudian, cari ruang aman dengan menghubungi lembaga yang menangani masalah kekerasan.

Baca Juga: Penyintas Kekerasan pada Perempuan Dapat Mengalami PTSD, Apa itu?

Penyintas perlu mendapatkan terapi untuk membantunya mengatasi trauma masa lalu.

Terapi tidak hanya dapat membantu penyintas melewati emosi kompleks dan sulit yang dialami setelah meninggalkan situasi yang kasar.

Tetapi juga dapat memungkinkan mereka untuk membuat pilihan yang berbeda di masa depan.

Selanjutnya, terapi dapat membantu mereka melihat tanda-tanda peringatan pelecehan.

Sehingga, penyintas tidak berakhir dalam situasi kekerasan pada perempuan yang kasar lagi.

(*)

Sumber: verywellmind
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru