Di Pertamina, sambung Daniel, concern terhadap keberlanjutan ini tertuang dalam perilaku dan keputusan bisnis sehari-hari.
Pertamina bahkan mengundang lembaga luar dengan reputasi internasional dalam mengevaluasi dan mengukur pelaksanaan prinsip-prinsip keberlanjutan di lingkungan Pertamina.
Dalam hal transisi energi dari energi yang bersumber dari fosil menjadi sumber energi baru dan terbarukan, Pertamina juga telah menyusun rencana yang cukup panjang.
"Kita menyusun RJPP kita setiap lima tahun. Meskipun kita menyusun RJPP dalam lima tahun, tetapi proyeknya bisa sampai 10–20 tahun," lanjut Daniel.
"Contohnya untuk renewable energy yang hari ini secara portofolio bisnis masih sekitar satu persen, tapi kita sudah rencanakan dalam sepuluh tahun ke depan sudah kita proyeksikan sampai ke 17 persen."
"Jadi, 17 kali lipat lebih besar dari yang sekarang dalam tempo sepuluh tahun ke depan. Ini adalah bagaimana kita merespons energi transisi," tuturnya lagi.
Baca Juga: Tangki Kilang Pertamina Cilacap Terbakar, Pasokan BBM Bisa Berkurang?
Upaya dunia usaha dalam menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan memang beragam dan umumnya tergantung dengan karakteristik industrinya itu sendiri.
Namun, Pertamina berkomitmen menjaga keberlanjutan lingkungan dengan menerapkan prinsip terkait penggalian dan pengambilan sumber daya alam sebagaimana terungkap di atas.
Bahwasannya, perusahaan mengambil sumber daya alam sekarang untuk digunakan di masa depan sehingga tidak merusak lingkungan. (*)