Parapuan.co - Belum lama ini, Kompas mengadakan CEO Forum yang mengundang sejumlah perwakilan dari perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, termasuk BUMN.
Pada episode ketiga, Kompas CEO Forum mengundang perwakilan dari beberapa BUMN, salah satunya dari PT PLN (Persero).
Di episode yang mengusung tema "Sustainability Action" atau "Aksi Keberlanjutan", di mana PLN mengungkap langkah mereka mendukung keberlanjutan bisnis dan lingkungan.
PLN menjelaskan target di masa depan terkait penggunaan energi dan penyediaan layanan kelistrikan, tetapi menjunjung prinsip keberlanjutan dengan tetap ramah lingkungan.
Baca Juga: Peluang Karier Perempuan di PLN dan Perkiraan Gaji yang Diterima
Hal tersebut disampaikan oleh Edwin Nugraha Putra, EVP Electricity System Planning PT PLN sebagaimana dalam press rilis yang diterima PARAPUAN.
Edwin menerangkan, PLN melakukan dua pendekatan konseptual terkait penggunaan energi dalam pembangkitan listrik, yang sangat tergantung dengan perkembangan teknologi.
Pendekatan pertama adalah terhadap pembangkit-pembangkit listrik bertenaga fosil yang telah dibangun oleh PLN.
Pembangunan-pembangunan pembangkit dengan energi fosil yang mendukung dan memang diperlukan demi pemenuhan kebutuhan listrik, hal tersebut bisa dipahami mengingat banyaknya sumber energi dari batu bara dan gas yang dimiliki Indonesia.
Dalam hal ini, yang PLN lakukan kemudian adalah menerapkan teknologi-teknologi terkini yang dapat mereduksi tingkat emisi.
Dengan demikian, keberadaan pembangkit tersebut tidak berkontribusi besar dalam hal pencemaran lingkungan.
Pendekatan kedua, Edwin mengatakan PLN tidak mungkin menafikan kehadiran sumber-sumber energi baru dan terbarukan sebagai energi pembangkit listrik.
Ke depan, PLN justru melihat masa depan akan mengandalkan penuh sumber energi terbarukan ini.
Baca Juga: Lebih Mudah! Ini Cara Cek Tagihan Listrik di Situs Resmi PLN
Terkait hal ini, PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL)-nya telah memasukkan energi baru dan terbarukan ke dalam RUPTL tersebut.
"RUPTL yang kita hasilkan sekarang, kita berani sebut sebagai RUPTL yang paling hijau karena 51,2 persennya itu merupakan pembangkit-pembangkit renewable energy," ungkap Edwin.
"Dulu itu biasanya yang masuk adalah pembangkit-pembangkit fosil sebagai jembatan utama. Untuk jangka panjang, pada 2060, PLN juga akan menerbitkan apa yang disebut Carbon Neutrality 2060."
"Pembangkit-pembangkit energi fosil ini secara bertahap akan kita reduce emisinya sesuai dengan perkembangan teknologi. Kemudian hingga 2060, beban-beban yang naik akan kita layani dengan renewable energy," papar Edwin.
Edwin juga menambahkan mengatakan, penggunaan renewable energy seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), saat ini memang masih menghadapi tantangannya sendiri, terutama terkait intermentensi yang tinggi.
"Untuk PLTS, ketersediaannya hanya siang hari. Kita tentu tidak mungkin mengatakan kepada pelanggan agar mereka hanya pakai listrik pada siang hari," tambah Edwin.
"Bagaimana dengan malam hari? Nah, teknologilah nanti yang akan menentukan. Bagaimana teknologi baterai nanti bisa berkembang," terangnya lagi.
Baca Juga: Mulai 2022, Pelanggan PLN 450 VA Tak Lagi Terima Subsidi Listrik!
Pasalnya, saat ini teknologi baterai punya keterbatasan, terutama masalah harga di mana nanti dapat berkembang.
Dalam perkembangannya nanti, dimungkinkan kesiapan dan harga lebih murah dan bisa bersaing dengan energi fosil yang melayani beban dasar.
Untuk saat ini, Edwin menambahkan bahwa PLN masih dalam tahap mengembangkan teknologi tersebut.
Sementara untuk keberlangsungan bisnis dan kelistrikan, energi fosil masih dipakai dengan dilengkapi peralatan yang dapat mereduksi emisi yang dihasilkan. (*)