“Saya punya bibi yang saat saya beranjak dewasa menderita lupus, sebuah penyakit autoimun yang cukup umum. Beberapa teman saya juga menderita dan meninggal karena lupus waktu SMP. Hal-hal seperti itu yang benar-benar membuat Anda sadar bahwa ada banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan." Cerita Doktor lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) itu.
Nova juga sempat kuliah kedokteran di Indonesia selepas SMA, namun ia memutuskan keluar karena tidak cocok dengan sistem pendidikan di kampusnya.
Setelah itu ia bekerja bersama orang tuanya dan menjadi guru les, sebelum berkuliah di City College of San Francisco.
Pada tahun 2011, Nova lulus dari University of California at Berkeley melalui beasiswa.
Baca juga: Kiprah Jajang C. Noer hingga Raih Penghargaan Seumur Hidup di FFI 2021
Kemudian melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012 dan meraih gelar PhD dalam bidang yang sama pada tahun 2018.
“Sebagai mahasiswa doktoral, saya melakukan penelitian rekayasa sel darah merah dan kemudian mendaftarkan beberapa hak paten dari situ. Kemudian, penasihat studi doktoral saya mendirikan perusahaan dari penelitian itu, yang kini menjadi perusahaan bioteknologi yang melantai di bursa saham sejak beberapa tahun lalu,” ungkap Nova.
“Pada intinya, hal itu membuat saya berpikir bahwa apa yang saya kerjakan mungkin sangat bermanfaat, maka itu saya lanjutkan saja sambil mencari kesempatan, membangun lebih banyak hal, menemukan lebih banyak hal, menciptakan lebih banyak hal, dan semoga saja – karena sekarang Indonesia tampaknya membutuhkan lebih banyak vaksin – temuan vaksin ini bisa bermanfaat," tambahnya.
Selain sibuk dengan penelitian dan bimbingan mahasiswa, Nova juga menjadi konsultan bagi sejumlah perusahaan dan tengah membangun perusahaan rintisan yang bergerak dalam bidang bioteknologi.
Wah, sosok Nova benar-bener keren dan menginspirasi ya, Kawan Puan! (*)