Angkat Beragam Konflik, Ini 5 Film Indonesia yang Kisahkan Perempuan di Daerah

Rizka Rachmania - Kamis, 18 November 2021
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak angkat kisah hidup dan konflik yang dihadapi perempuan daerah.
Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak angkat kisah hidup dan konflik yang dihadapi perempuan daerah. Cinesurya / Kaninga Pictures

Parapuan.co - Kawan Puan, film menjadi salah satu pilihan media untuk kita bisa melihat dan mengerti kehidupan para perempuan di daerah.

Dengan keberagaman suku, budaya, dan adat, perempuan Indonesia kerap mengalami masalah serta konflik yang beragam.

Namun, konflik-konflik yang dialami oleh perempuan di berbagai daerah di Indonesia itu terkadang berujung pada hal.

Yakni, masalah tentang impian perempuan yang dibatasi, ancaman kekerasan seksual, hingga konflik dengan keluarga.

Baca Juga: Sinopsis Cinta Bete, Film dengan Kisah Kehidupan Perempuan di Atambua

Untuk melihat lebih dekat dengan kisah perempuan dari berbagai daerah di Indonesia, berikut PARAPUAN rangkum beberapa rekomendasi filmnya.

Film ini mengisahkan tentang perempuan daerah dengan segala tantangan dan konflik yang harus dihadapi.

1. Cinta Bete (2021)

Film Cinta Bete, berkisah tentang kehidupan perempuan di Atambua yang meraih 10 nominasi FFI 2021.
Film Cinta Bete, berkisah tentang kehidupan perempuan di Atambua yang meraih 10 nominasi FFI 2021. Instagram @cintabete

Cinta Bete adalah sebuah film yang menceritakan kisah kehidupan perempuan di Atambua, NTT.

Bete (Hana Malasan) adalah perempuan Atambua yang hidup dalam lingkungan yang menganut budaya Belu Atambua.

Dalam budaya Belu Atambua, terdapat sistem mahar atau Belis yang menjadikan perempuan dihargai dari berapa besar mahar yang ditawar oleh seorang laki-laki.

Perempuan di sana terkadang tidak bisa memilih siapa laki-laki yang ia ingin nikahi karena semua itu tergantung pada seberapa besar mahar yang diberikan.

Dikisahkan, Bete jatuh cinta pada Alfredo dan ingin menikah dengan laki-laki itu.

Namun sayang, lamaran Alfredo sempat ditolak oleh ayah Bete karena perbedaan kelas sosial dan laki-laki itu tidak bisa membayar mahar yang diminta.

Bete pun nekat kawin lari dengan Alfredo demi cintanya pada laki-laki itu.

Tanpa disangka, Alfredo ternyata sosok yang kasar. Bete kerap mendapat perlakuan kekerasan hingga bayi yang sedang dikandungnya meninggal.

Menyoroti kisah kehidupan Bete, kita bisa melihat bahwa kehidupan perempuan di daerah terkadang masih terkekang dengan adat setempat.

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Dobrak Stigma, Logina Salah Kontestan Pertama Miss Universe dengan Vitiligo dan Status Ibu