Saat pertama kali RSDC Wisma Atlet dibuka dan Fen bertanggung jawab untuk mengurus pasien, ia pernah mengalami hal tidak mengenakkan itu.
Kala itu, cerita Fen, seorang pasien menyuruhnya untuk tidak mendekat dan menyebutnya sebagai pembawa virus.
Padahal, ia harus merawat pasien yang sudah terpapar Covid-19 itu.
“Saya pernah mendapatkan stigma dari pasien. Ketika saya masuk (ruangan) dengan APD lengkap, dia bilang, “Jauh-jauh dari saya”. Katanya ners itu membawa virus. Itu pertama kali, saat Wisma Atlet baru buka,” ujar alumnus Universitas Sam Ratulangi itu.
Menanggapi hal tersebut, Fen pun dengan sabar menjelaskan kepada pasien tersebut bahwa ia harus merawatnya agar pasien itu dapat segera pulih.
Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional, Ini Alasan Profesi Bidan Hanya untuk Perempuan
Pada akhirnya, pasien itu bisa menerima penjelasannya, tetapi tetap meminta Fen dan perawat lainnya untuk menjaga jarak darinya.
“Akhirnya kita mencoba menjelaskan pada pasien bahwa jika saya tidak melayani dia, maka bagaimana saya bisa membantu penyembuhannya? Jadi akhirnya dia bisa menerima, namun tetap saat itu mereka minta kita untuk jaga jarak,” imbuhnya.
Menurut Fen, kondisi Wisma Atlet saat itu benar-benar kacau. Selain harus merawat puluhan pasien sekaligus, ia juga harus mengalami stigma.
Ya, Fen juga bercerita bahwa dua orang perawat harus melayani sebanyak 60 sampai 70 pasien lantaran kurangnya sumber daya tenaga kesehatan.