Marak Terjadi, 5 Cara Mencegah Kekerasan pada Perempuan di Bawah Umur

Putri Mayla - Selasa, 30 November 2021
Langkah preventif mencegah kekerasan pada perempuan secara seksual di bawah umur. Langkah preventif ini juga dapat diajarkan pada anak laki-laki.
Langkah preventif mencegah kekerasan pada perempuan secara seksual di bawah umur. Langkah preventif ini juga dapat diajarkan pada anak laki-laki. ozgurcankaya

Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan di bawah umur secara seksual yang juga dapat terjadi pada anak laki-laki nyatanya kian marak.

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) periode 2019-September 2020, kekerasan seksual yang dialami anak-anak mencapai 45,4 persen, dikutip dari Kompas.

Data yang sama juga menunjukkan terdapat sebanyak 31.768 kasus kekerasan terhadap anak.

Korban yang tercatat ada sebanyak 35.103 anak dengan rincian 10.694 anak laki-laki dan 24.409 anak perempuan.

Baca Juga: Langkah Preventif Mencegah Kekerasan pada Perempuan secara Seksual di Tempat Kerja

Melansir Childmind, orang tua dapat melakukan langkah preventif terjadinya kekerasan pada perempuan di bawah umur dan anak laki-laki secara seksual dengan beberapa cara berikut.

1. Bicarakan tentang bagian tubuh sejak dini

Untuk mencegah kekerasan seksual pada anak, Kawan Puan bisa mulai mengajarkan tentang bagian-bagian tubuh dan membicarakan hal ini sejak dini.

Gunakan nama yang tepat untuk bagian tubuh atau setidaknya ajari anak kata-kata yang sebenarnya untuk bagian tubuh mereka.

Pada beberapa anak, ada yang menyebut bagian sensitif dengan "bagian bawah".

Merasa nyaman menggunakan kata-kata ini dan mengetahui artinya dapat membantu anak berbicara dengan jelas jika sesuatu yang tidak pantas telah terjadi.

Ini dapat menjadi salah satu langkah preventif kejahatan seksual terhadap anak.

 

 

 

2. Ajari beberapa bagian tubuh bersifat pribadi

Kekerasan pada perempuan di bawah umur memang meresahkan, termasuk pelecehan seksual yang juga bisa dialami oleh anak laki-laki.

Beri tahu anak bahwa bagian pribadi mereka disebut pribadi karena tidak untuk dilihat semua orang.

Jelaskan bahwa ibu dan ayah dapat melihat mereka tanpa pakaian, sedangkan orang-orang di luar rumah tidak boleh melihat mereka tanpa pakaian.

Dalam beberapa kasus misalnya, jelaskan bagaimana dokter dapat melihat mereka tanpa pakaian mereka karena ibu dan ayah ada bersama mereka.

Sedangkan dokter sedang memeriksa tubuh mereka.

Baca Juga: 16 HAKTP, Ini Pendapat Chelsea Islan dan Defia Rosmaniar soal Kekerasan pada Perempuan

3. Ajarkan batasan tubuh anak 

Beri tahu anak bahwa tidak ada yang boleh menyentuh bagian pribadi mereka.

Selanjutnya, tidak ada yang boleh meminta mereka untuk menyentuh bagian pribadi orang lain.

Orang tua akan sering melupakan bagian kedua dari kalimat ini.

Pelecehan seksual seringkali dimulai dengan pelaku meminta anak untuk menyentuh mereka atau orang lain.

Mengajarkan batasan tubuh anak menjadi salah satu langkah preventif kejahatan seksual terhadap anak.

4. Beri tahu anak bahwa rahasia tubuh tidak baik

Kebanyakan pelaku akan memberitahu anak untuk merahasiakan pelecehan tersebut.

Ini dapat dilakukan dengan cara seperti, "Saya suka bermain denganmu, tetapi jika kamu memberi tahu orang lain apa yang kami mainkan, mereka tidak akan membiarkan saya datang lagi."

Bisa juga berupa ancaman, "Ini rahasia kita. Jika kamu memberi tahu siapa pun, saya akan memberi tahu mereka bahwa itu adalah idemu dan kamu akan mendapat masalah besar!"

Beri tahu anak-anak bahwa apa pun yang dikatakan orang kepada mereka, rahasia tubuh tidak boleh dilakukan.

Lebih lanjut, mereka harus selalu memberi tahu jika seseorang mencoba membuat mereka merahasiakannya.

Baca Juga: Jenis Kekerasan pada Perempuan di Bawah Umur Berbentuk Kejahatan Siber

5. Tidak ada yang boleh memotret bagian pribadinya

Orang tua dapat mengatakan pada anak bahwa tidak boleh ada orang yang memotret bagian pribadinya. 

Di luar sana, para pedofil suka mengambil dan memperdagangkan foto anak-anak secara online.

Beritahu anak-anak bahwa tidak seorang pun boleh memotret bagian pribadi mereka.

Kemudian, ajarkan anak berkata "tidak" saat mereka mulai merasa tidak nyaman.

Selain itu, ajarkan anak untuk keluar dari kondisi tidak nyaman dan menjauh dari orang mencurigakan.

Hal ini untuk mencegah kekerasan pada perempuan di bawah umur dan anak laki-laki secara seksual.

(*)

Sumber: Kompas.com,childmind.com
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru