"Tapi mereka merasa beban setelah itu, people pleaser merasa memiliki kebutuhan untuk diakui orang lain," imbuhnya.
Irma menyebut, people pleaser jika terus-menerus dilakukan dapat mengembangkan kecemasan, depresi, hingga gangguan kepribadian berat lainnya.
Tak hanya itu, sikap people pleaser dapat mendorong seseorang untuk memiliki ekspektasi atau harapan supaya diperlakukan seperti itu juga oleh orang lain.
Pasalnya, jika tidak mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang diinginkan, mereka akan kecewa karena tidak ada balas budinya.
"Adanya ekspektasi atau harapan yang bikin kondisinya jadi gak enak. Ketika orang biasa disenengin, polanya jadi terbentuk. Tapi tidak ada timbal baliknya yang bikin kecewa," tutur Irma.
Sejalan dengan itu, PARAPUAN juga melakukan riset bertajuk People Pleaser dengan 328 responden pada 26-29 Oktober 2021.
Dari hasil Riset PARAPUAN, terdapat 5 dampak negatif tertinggi yang dirasakan responden dengan perilaku people pleasing, antara lain:
- Dimanfaatkan orang lain (75%)
- Memendam perasaan (51%)
- Sulit untuk mengutarakan pikiran dan perasaan (48%)
- Merasa frustasi, cemas, dan stres (39%)
- Pendapat kurang didengar (35%)
Baca Juga: 3 Tanda Kamu Termasuk People Pleaser, Begini Cara Menghadapinya
Merasa bersalah karena menolak
Menjadi people pleaser itu rumit, sering kali merasa bersalah karena menolak atau tidak menolong orang lain.
"Bagi people pleaser, jika tidak menjalankan ekspektasi orang lain dia akan self-blaming," ujar Jennyfer, M.Psi., Psikolog Klinis Dewasa dan Remaja, Rabu (24/11/2021).
"Self-blaming terjadi karena dia merasa kalau orang lain gagal, itu kesalahannya dia," terangnya.