Parapuan.co - Seksualitas manusia datang dalam banyak rasa, dan fetish adalah salah satu ekspresi dari hasrat seksual.
Sebenarnya, fetish dapat dipraktikkan menjadi ekspresi sehat dari seksualitas untuk memicu gairah manusia.
Namun, fetish dapat diklasifikasikan menjadi gangguan seksual ketika menyebabkan tekanan yang siginfikan dalam hidup atau merugikan orang lain.
Baca Juga: Viral Fetish Istri Dibungkus Kain, Ini Kata Ahli tentang Pengaruhnya terhadap Kualitas Hubungan
Melansir Choosing Therapy, fetish atau fantasi seksual ditandai dengan ketertarikan terhadap bagian tubuh non-seksual atau benda mati untuk mencapai gairah seksual.
Fetish akan berkembang menjadi gangguan fetisistik jika penggunaannya terus-menerus, intens, dan konsisten lebih dari 6 bulan.
Bagian tubuh yang biasanya difetisasi termasuk kaki atau rambut. Serta, benda mati yang biasa difetisasi termasuk barang pakaian, seperti sepatu atau pakaian dalam.
Objek fetish dapat menciptakan gairah seksual melalui salah satu atau semua indera, termasuk rasa, bau, atau penampilan.
Fetish yang melibatkan benda mati terbagi dalam dua kategori umum, yaitu fetish bentuk atau fetish media.
Fetish bentuk berpusat pada ukuran, bentuk, dan tampilan suatu objek. Sementara, fetish media berfokus pada tekstur atau nuansa suatu objek.
Sebuah objek mungkin termasuk dalam kedua kategori sekaligus, yang lebih fokus pada bentuk atau aspek media dari suatu objek untuk mencapai kepuasan seksual.
Selama masturbasi objek fetish dapat dipegang, dicicipi, dicium, atau digunakan untuk merangsang alat kelamin.
Sebagian individu dengan gangguan fetisistik mungkin lebih memilih aktivitas seksual sendirian bahkan saat pasangannya berada di dekatnya.
Selain itu, seseorang dapat memasukkan objek fetish dalam aktivitas seksual dengan pasangan.
Caranya, mereka meminta pasangan untuk memakai atau menyentuh objek demi mencapai kepuasan seksualnya.
Baca Juga: Fantasi Seksual dan Hal Lain yang Tak Patut Dibahas di Awal Hubungan
Dampak
Fetish yang dilakukan secara intens dan konsisten dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan atau masalah relasional dengan pasangan.
Gangguan umum yang terkait dengan gangguan fetisistik adalah disfungsi seksual dan ejakulasi tertunda ketika objek atau bagian tubuh yang diinginkan tidak ada.
Biasanya gangguan fetisistik dapat menyebabkan rasa malu dan tekanan emosional pada individu yang mengalami jenis gairah ini.
Konflik internal dan ketakutan akan penilaian dapat menyebabkan isolasi dan kesulitan berkomunikasi secara jujur dalam hubungan seksual.
Sangat penting untuk mengetahui cara mengendalikan fetish agar tidak berkembang menjadi gangguan fetisistik.
Jika sudah terlanjur, mendapatkan bantuan profesional kesehatan dapat membantu mengurangi gejalanya.
Baca Juga: 5 Hal yang Disukai Laki-laki Saat Berhubungan Seksual Bersama Pasangan