Parapuan.co - Dalam berbisnis, entah bisnis kecil-kecilan atau skala besar, tentunya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan lewat banyaknya pesanan.
Ya, setiap pelaku usaha pastinya akan sangat senang ketika usahanya mengalami peningkatan penjualan.
Akan tetapi, yang perlu pelaku usaha sadari, di balik itu semua kita juga ikut berkontribusi dalam meningkatkan jumlah sampah plastik.
Jika satu produk saja membutuhkan lebih dari satu plastik, selotip, dan bubble wrap, Kawan Puan bisa membayangkan, kan, berapa banyak sampah yang telah kita ciptakan dalam berbisnis?
Nyatanya, sampai saat ini pun masih banyak pelaku usaha yang menggunakan banyak plastik dalam kegiatan usahanya, terutama di masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Platform Ini Luncurkan Fitur PHP, Dorong Kebiasaan Belanja Online di UMKM Kuliner
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan bahwa jumlah sampah plastik selama pandemi Covid-19 mengalami peningkatan.
“Memang dalam masa wabah pandemi Covid-19 ini sampah plastik agak meningkat. Sebab, orang cenderung belanja online, belanja makanan juga secara online dan pakai plastik,” kata Rosa dikutip dari Tabloid NOVA Edisi 1738/XXXIV 10-16 Juni 2021.
Lantas, sebagai salah satu solusinya, apakah pelaku usaha perlu bekerja sama dengan bank sampah?
Kawan Puan, menjalankan bisnis yang 100 persen ramah lingkungan memang bukanlah hal yang mudah.
Namun, setidaknya pelaku usaha harus mulai menerapkan perubahan sederhana, yang jika dilakukan bersama bisa berdampak besar.
Bekerja sama dengan bank sampah setempat bisa menjadi alternatif yang lebih bertanggung jawab untuk pelaku usaha.
Dengan bekerja sama dengan bank sampah, pelaku usaha bisa secara mudah menemukan dan menarik kemasan produk untuk dipakai kembali atau didaur ulang dalam produksi.
Jadi, bank sampah bisa membantu kamu dalam mencapai tujuan bisnis yang lebih ramah lingkungan.
“Ini namanya extended producer responsibility, pertanggungjawaban dari produsen yang beyond daripada yang dia harus tanggung jawab, yakni tanggung jawab juga terhadap kemasan-kemasan yang sudah dihasilkan,” jelas Rosa.
Baca Juga: Alasan Pelaku Bisnis Fashion Harus Beralih ke Digitalisasi dari CEO Brand Kasual
Selain sampah dalam kegiatan bisnis bisa terkelola dengan baik, sampah tersebut juga bisa menjadi satu entitas bisnis.
“Hal ini bukan hanya berbicara tentang bagaimana sampah bisa terkelola. Tapi juga tentang bagaimana sampah bisa menjadi satu entitas bisnis yang men-supply bahan baku daur ulang dalam negeri,” lanjutnya.
Kawan Puan, sebelum memilih dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan, kamu harus terlebih dahulu mengubah pandangan tentang sampah.
Pelaku bisnis perlu memiliki kesadaran untuk mengurangi sampah yang dihasilkan dari produksi, distribusi, dan penjualan.
Dalam memulainya, kamu bisa mulai mencoba mengganti kemasan atau pembungkus produk dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Alih-alih memakai plastik, kamu bisa memilih alternatif kemasan seperti kardus atau tas yang bisa dipakai berulang.
Itulah sejumlah langkah yang bisa Kawan Puan ambil untuk beralih ke bisnis yang lebih ramah lingkungan.
Walaupun sederhana, langkah kecil ini akan berdampak besar jika para pelaku usaha bisa melakukannya secara bersama-sama. (*)
Baca Juga: Ini 5 Cara Pelaku Usaha Mode Beralih ke Fashion Berkelanjutan