Mengatakan tidak (No)
Dalam persiapan sekolah tatap muka, hal pertama yang perlu orang tua ajarkan dalam menanamkan anti kekerasan pada anak dengan menyampaikan berani berkata tidak pada orang-orang yang menyentuh mereka.
Namun sebelum itu, orang tua perlu membantu anak dalam memahami mekanisme melawan aksi kekerasan seksual.
“Ini agak sulit karena kekerasan seksual itu biasanya dilakukan oleh orang terdekat. Jadi, anak seringkali tidak sadar,” ucap Hari Sadewo dari Child’s Rights Advisor Plan Indonesia.
Mengingat anak seringkali tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban kekerasan seksual, maka di sinilah peran orang tua dibutuhkan, menurut Hari.
Untuk itu, orang tua harus membuat anak memahami bahwa sedekat apapun hubungan anak dengan seseorang, namun jika ia berani menyentuh tubuh sembarangan atau mengucapkan kata yang tidak pantas pada anak, maka ia harus menjauh.
“Anak sendiri harus tahu tentang perlakuan yang melanggar norma, sehingga anak bisa mengatakan tidak. Kalau dia tidak punya konsep pelanggaran kriminal, anak pasti akan diam saja, dan dalam pikirannya dia mengatakan ‘oh tidak apa-apa’” kata Hari
Dengan kata lain, orang tua perlu mengajarkan pada anak perihal norma-norma yang baik dan tidak baik, sehingga ia dapat menilai perilaku orang lain terhadap dirinya.
Baca Juga: Jelang Persiapan Sekolah Tatap Muka, Ini Rekomendasi Terbaru IDAI Soal Pelaksanaannya
“Coba pelan-pelan saja, misalnya bilang, ‘Ingat ya, kalau om atau Pak Guru pegang-pegang di sini atau di sini, kamu harus bilang ‘jangan’” tambah Hari.
Kemudian, jika anak telah mampu memahami cara mengatakan tidak, orang tua perlu menanamkan keberanian pada anak untuk mengatakan tidak.
Pasalnya, sering kali anak-anak telah memahami tindakan yang ia terima buruk, namun ia tidak memiliki keberanian atau cenderung takut untuk mengungkapkan penolakan.
“Mungkin anak bakal takut. Mungkin takut dimarahi atau apa, tapi kita harus mengingatkan bahwa anak punya hak untuk tidak mendapatkan perlakuan buruk,”
Dalam memberikan pengajaran pada anak, orang tua bisa membantu mereka mencari alasan untuk menolak dengan memberikan beberapa contoh.
Menyelamatkan diri (Go)
Setelah mengajarkan anak berani untuk mengatakan tidak, hal selanjutnya adalah menyelamatan diri.
Setelah anak berani menolak dan mengatakan tidak, maka ia perlu diajari cara menyelamatkan diri sendiri ke tempat yang aman.
“Ajari anak untuk menghindar dari orang yang dicurigai akan melakukan kekerasan seksual. Lalu, minta anak untuk mencari tempat yang aman, seperti rumah, atau kantor polisi. Jika perlu, anak bisa mengancam akan melaporkan,” kata Hari.
Dalam persiapan pembelajaran tatap muka, hal ini dinilai penting karena pelecehan dan kekerasan seksual pada anak dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.