Parapuan.co - Kasus bunuh diri yang dilakukan Novia Widyasari atau NWR masih ramai menjadi perbincangan.
Bukan hanya lantaran sang korban yang depresi karena perlakuan sang kekasih Bripda Randy Bagus Hari Sasongko, tetapi juga karena respons keluarga.
Termasuk paman-pamannya yang tidak membela dan justru menghakiminya.
Dilansir dari Tribunnews, dalam akun Quora Aulia Dinarmara Putri R, Novia Widyasari marah dengan perlakuan paman-pamannya yang tak membelanya lantaran didzolimi Bripda Randy.
Bahkan, dalam tulisannya, Novia mengungkap bahwa diriny akan dibunuh oleh pamannya. Berikut ini tulisannya,
Baca Juga: Menghadapi Masa Depan Tanpa Khawatir, Semudah Lakukan 3 Hal Ini
UNTUK PAMAN PAMAN KU. INTINYA SEMUA KELUARGAKU:
KALIAN SIBUK, MEMPOSTING MEMPROMOSIKAN UNTUK MENYANTUNI ANAK YATIM.
KALIAN SIBUK MENGUTUKI BERITA PEMERKOSAAN, KALIAN UNGGAH BERITA-BERITA ITU DENGAN CAPTION "KALAU ITU ANAKKU PASTI UDA MATI ITU". KALIAN SIBUK MEMBENTENGI ORANG LAIN YANG BUKAN SANAK KELUARGAMU YANG JELAS-JELAS DIA MENIPU.
SAMPAI KALIAN JUGA SIBUK INGIN BERTEMU AKU, INGIN MEMBUNUHKU, MENGHABISIKU.
WANITA 23 TAHUN, YG SUDAH TIDAK PUNYA BAPAK, YG SEDANG DIANIAYA ORANG LAIN, YANG HAKNYA DIAMBIL ORANG LAIN, YANG SEDANG LEMAH.
APAKAH PANTAS KALIAN DISEBUT WALI?
Mengetahui bahwa pihak keluarga dari Novia Widiasari mengecamnya, psikolog RA Oriza Sativa, S.Psi, Psi,CH pun buka suara.
Menurutnya pengertian dari suatu keluarga itu adalah membentuk ikatan bahagia dan sejahtera.
"Jadi dari situ saja yang namanya keluarga baik keluarga inti maupun keluarga besar, harus membuat bahagia dan sejahtera dong, gitu kan," ungkapnya.
Oriza memaparkan, di mana sejatinya yang disebut dalam suatu keluarga itu menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota keluarganya.
"Menerima kelebihan dan kekurangan bilamana suatu anggota ada yang mengalami kesusahan, harusnya dibantu," ungkapnya.
Selaku psikolog, Oriza menambahkan bahwa apa yang dialami oleh NWR itu musibah.
Baca Juga: Mengenal Alexithymia, Penyebab dan Gejala Kesulitan Mengungkapkan Emosi
Kemudian, kehamilan tersebut menjadi suatu hal yang dilematis dalam suatu keluarga, karena ada yang dinamakan dengan nama baik (citra diri).
Namun, dalam kasus yang dialami oleh NWR, yang mengalami kehamilan di luar nikah dan depresi, Oriza menyatakan bahwa sisi manusiawi harus dikedepankan.
"Dalam konteks seperti ini kita harus membiasakan dan memberi pengertian kepada masyarakat bahwa sisi manusiawi kita mau tidak mau harus dikedepankan, melebihi atau dibandingkan citra diri atau konsep diri atau ego," tegasnya.
Oriza berpesan bahwa sejatinya sisi kemanusiaan itu tidak akan pernah salah kalau kita menangkan dan justru akan mendatangkan kebaikan-kebaikan.
Pesan Oriza pada masyarakat
Sejatinya keluarga itu harus saling back up.
"Mendidik anak atau remaja itu ya perjuangan sepanjang hidup sampai mungkin anak tersebut sampai di pelaminan," terang Oriza.
Oriza juga mengatakan, "Kalau misalnya terjadi hal seperti ini ya setengahnya memang salah orang tua juga."
Ia menyarankan bahwa orang tua itu harus menanamkan value atau nilai hidup dan memberikan antisipasi-antisipasi.
Tidak lupa juga untuk menjunjung semangat kemanusiaan dan cobalah memposisiskan diri sebagai korban. (*)