Perempuan kelahiran 1962 itu menilai, tingkat partisipasi perempuan secara nasional rata-rata masih rendah.
Sri Mulyani menyebut, partisipasi hanya sekitar 54% dibandingkan laki-laki yang mencapai 82%.
Bukan itu saja, gender gap juga terjadi dari segi gaji atau upah yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.
"Gender gap masih terjadi dari sisi gaji yang diterima perempuan, meskipun pada level yang sama posisinya, gajinya akan lebih rendah dibandingkan laki-laki," ucap Sri Mulyani.
Hal itu tidak hanya ditemui di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia, di mana gender equality memang belum sepenuhnya terwujud.
Untuk itu, saat ini baik di Indonesia maupun global, sedang diupayakan kesetaraan melalui pemberdayaan perempuan dalam kebijakan pemerintah.
Sri Mulyani berharap, perempuan yang berdaya bisa memberikan kontribusi dalam memastikan keberlanjutan bisnis pada berbagai sektor di Tanah Air.
Tak cukup sampai di situ, ia berharap pula adanya kesetaraan gender mampu memberi kontribusi nyata bagi pengembangan keuangan berkelanjutan.
Baca Juga: 9 Fakta Pandangan Perempuan Asia Soal Kesetaraan Gender di Tempat Kerja
"Di masa mendatang, kesetaraan gender diharapkan dapat tercapai dan perempuan dapat lebih berperan dalam memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan keuangan berkelanjutan secara nasional," tambahnya.
Lebih lanjut, gender equality alias kesetaraan gender sendiri menjadi salah satu fokus BEI (Bursa Efek Indonesia) mencapai sustainable development goals.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di bidang ekonomi juga ikut berperan dalam menutup gender gap dan mendukung partisipasi aktif perempuan.
Mudah-mudahan, usaha menutup gender gap di Tanah Air perlahan terwujud meski butuh waktu yang tidak sebentar.
(*)