Studi perihal dampak kondisi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan setelah vaksini ini dilakukan oleh para peneliti di Oregon Health & Science University dan Warren Alpert Medical School of Brown University.
Penelitian ini juga bekerja sama dengan peneliti dari Natural Cycles, aplikasi yang telah diunduh banyak perempuan untuk melacak siklus menstruasinya.
Para peneliti melihat catatan dari hampir 4.000 perempuan yang melacak siklus menstruasi secara real time, termasuk sekitar 2.400 yang divaksinasi virus corona dan sekitar 1.550 yang tidak.
Semuanya adalah penduduk AS yang berusia 18 hingga 45 tahun dan telah mencatat siklus menstruasi setidaknya selama enam bulan.
Bagi mereka yang divaksinasi, para peneliti memeriksa tiga siklus sebelum dan sesudah vaksin untuk melihat perubahannya. Kemudian, membandingkan dengan durasi enam bulan yang sama pada perempuan yang tidak menerima vaksinasi.
Hasilnya, terlihat adanya perubahan panjang siklus menstruasi setelah dan sebelum vaksin dosis kedua, dan dibandingkan perempuan yang tidak divaksinasi, mereka tidak ada perubahan signifikan selama enam bulan.
"Sebagian besar perubahan panjang siklus terjadi pada perempuan yang divaksinasi setidaknya dua hari dalam siklus mereka," kata Dr. Alison Edelman, profesor kebidanan dan ginekologi di Oregon Health & Science University.
Ia pun mengungkapkan, jika beberapa perempuan yang divaksinasi memiliki siklus 8 hari lebih lama dari biasanya, maka itu dianggap signifikan secara klinis pada kondisi kesehatan organ kewanitaan.
Baca Juga: 5 Bahaya Merokok terhadap Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan