Parapuan.co - Pada Juli 2021 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi menetapkan ketua dan anggota komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) periode 2021-2025.
Dalam keputusan yang diambil pada rapat paripurna DPR itu, Erika Retnowati resmi menduduki jabatan sebagai Kepala Badan Pengatur BPH Migas.
Terpilihnya Erika Retnowati berhasil mencetak sejarah baru, sebab ia menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan sebagai Kepala BPH Migas.
Dalam salah satu tayangan di kanal YouTube Cerita Parapuan yang bertajuk Lebih Dekat dengan BPH Migas Bersama Ibu Erika Retnowati, ia mengaku tidak menyangka akan terpilih untuk menduduki jabatan sebagai Kepala BPH Migas.
“Saya terus terang tidak memprediksi saya bakalan masuk. Pertama, karena latar belakang saya, kan, akuntan. Kemudian saya pikir saingan saya pasti sudah jago-jago di bidang migas. Tapi saya coba saja,” ujarnya.
Dari sekian banyaknya yang mendaftar, Erika menjadi satu-satunya perempuan yang terpilih dari total 18 orang, yang kemudian diseleksi lagi melalui uji fit and proper.
“Kemudian diadakan fit and proper di Komisi VII DPR. Saya enggak boleh malu-maluin, apalagi saya satu-satunya perempuan. Lalu, ikutlah fit and proper. Alhamdulillah terpilih,” pungkasnya.
Perjalanan karier Erika Retnowati
Dilihat di akun LinkedIn miliknya, sebelum menjabat sebagai Kepala BPH Migas, Erika ialah Kepala Biro Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak tahun 2015.
Baca Juga: Jadi Perempuan Tuli Berpengaruh di Indonesia, Inilah Sosok Angkie Yudistia
Erika juga pernah meniti karier di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKB) dan memegang sejumlah posisi.
Mulai dari Deputi Pengawasan pada tahun 1985 sampai 1988, Deputi Pengawasan BUMN dan BUMD BPKP pada tahun 1992 sampai 2001, dan Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian BPKP pada tahun 2000 sampai 2015.
Sementara itu, dalam hal pendidikan, ia merupakan alumnus program Diploma IV Politeknik Keuangan Negara (PKN) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Perempuan kelahiran Mataram, 20 Juli 1963 ini juga pernah menempuh pendidikan S2 di program studi Administrasi dan Kebijakan Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Tantangan yang dihadapi
Terkait posisi barunya ini, Erika mengaku bahwa salah satu tantangan terberat yang dihadapinya adalah bahwa ia harus terus belajar segala hal mengenai migas.
Pasalnya, seperti disebutkan sebelumnya, ia memiliki latar belakang sebagai seorang akuntan.
Lebih lanjut, Erika mengakui bahwa kesibukannya saat ini membuatnya harus mengorbankan waktunya untuk keluarga.
“Kalau tantangan, kan sekarang menjadi lebih sibuk, kemudian otomatis waktu untuk keluarga, sebagai ibu, sebagai istri itu mungkin akan berkurang. Tetapi, keluarga sangat mendukung,” jelasnya.
Baca Juga: Shalika Aurelia, Pesepak Bola Putri Indonesia Pertama yang Masuk Panggung Eropa
Kata Erika Retnowati tentang pemimpin perempuan
Melalui jabatannya sebagai Ketua BPH Migas, Erika mengaku ingin membuktikan bahwa perempuan pun bisa menjadi seorang pemimpin yang baik.
Menurutnya, pemimpin perempuan justru memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki.
“Sebagai pemimpin itu, perempuan punya kelebihan dibanding laki-laki. Karena perempuan, kan, agak beda. Dia itu lebih detail, lebih punya empati, sehingga ia lebih dekat ke karyawannya,” tutur Erika Retnowati.
Erika kemudian mengatakan, dalam menghadapi masalah, ia percaya bahwa pemimpin perempuan mampu dan bahkan lebih tangguh daripada laki-laki.
“Kemudian, menurut saya perempuan itu lebih tangguh dalam menghadapi masalah. Asal diberi kesempatan, pasti dia bisa membuktikan bahwa dia memang mampu,” tutup Erika.
Itulah sosok Erika Retnowati, perempuan pertama yang berhasil membuktikan bahwa perempuan pun bisa menjadi seorang pemimpin.
Walaupun bekerja di bidang yang banyak digeluti oleh laki-laki, hal tersebut tidak mengurangi kepercayaan diri Erika sebagai perempuan untuk memimpin suatu badan penting. (*)
Baca Juga: Sosok Siti Nurbaya, Menteri LHK yang Keluarkan Pernyataan Kontroversi Soal Deforestasi