Sebagai penyintas, pemeran film Aruna dan Lidahnya ini merasa terganggu dengan respons yang mengarah ke gosip.
"Lalu ada 'Tidakkah kamu sudah mendengar? Aku udah pernah dengar dll' tanggapan yang sebagai penyintas membuat saya merasa lebih buruk," tulis Hannah.
Hannah melihat banyak orang yang bertindak seperti sudah mengetahui soal masalah ini terlebih dulu.
Hal itu juga menjadi kompetisi siapa yang paling mengetahui soal kasus kekerasan seksual yang sedang ramai diperbincangkan.
Namun, dengan menyimpan informasi soal kasus kekerasan seksual sebagai bahan gosip, orang-orang tersebut justru ikut melindungi pelaku.
"Karena jika kamu memilih untuk menyimpan info semacam ini sebagai mata uang untuk gosip daripada menangani masalah, saya minta maaf tetapi kamu juga seorang enabler," tutup Hannah.
Hannah Al Rashid hanya ingin netizen benar-benar memihak pada penyintas dalam diskusi-diskusi umum di ruang publik maupun media sosial.
Kawan Puan, penting bagi kita untuk memperhatikan kembali cara kita berdiskusi soal kekerasan seksual di media sosial agar tidak menyinggung penyintas.
Baca Juga: Ini Tokoh Perempuan yang Menginspirasi Hannah Al Rashid Menjadi Aktivis
(*)