Harus diketahui pula masa inkubasi antara paparan bakteri pada luka yang terkontaminasi dan perkembangan gejala awal tetanus berkisar dari dua hari hingga dua bulan.
Namun pada umumnya masa inkubasi itu dalam 14 hari setelah paparan ya, Kawan Puan.
Di mana selama periode satu sampai tujuh hari, kejang otot progresif yang disebabkan oleh toksin tetanus di daerah luka langsung dapat berkembang untuk melibatkan seluruh tubuh dalam serangkaian kontraksi otot terus menerus.
Selain itu, nantinya penderita tetanus akan muncul rasa gelisah, sakit kepala, dan lekas marah. Hal tersebut merupakan efek samping yang bisa terjadi.
Pasalnya, neurotoksin tetanus menyebabkan otot mengencang menjadi kontraksi atau kejang terus menerus (tetanik atau tonik).
Kemudian akan terjadi rahang terkunci oleh kejang otot yang diberi nama lockjaw atau trismus.
Bukan hanya itu saja, otot vital yang diperlukan untuk pernapasan normal pun terkena dampaknya.
Ketika otot-otot pernapasan kehilangan kekuatannya, pernapasan menjadi sulit.
Bahkan bisa menimbulkan kematian apabila tidak adan tindakan lain seperti ventilasi mekanis.
Walaupun sudah mendapat bantuan pernapasan, tidak menutup kemungkinan pula bahwa infeksi saluran udara di dalam paru- paru dapat menyebabkan kematian.
Baca Juga: Persiapan Sekolah Tatap Muka, Ini Rekomendasi Masker untuk Cegah Varian Omicron
Untuk menghindari risiko tersebut, penting bagi penderita tetanus mendapat pengobatan sumber infeksi bakteri dengan antibiotik serta pemantauan tanda-tanda gangguan otot pernapasan.
Perawatan tersebut nantinya akan diarahkan untuk menghentikan produksi toksin, menetralkan efeknya, dan mengendalikan kejang otot.
Kawan Puan, itulah penjelasan singkat tentang apa itu tetanus. Setelah membaca ini, baiknya kita selalu berhati-hati dan merawat luka agar tidak terkontaminasi bakteri penyebab penyakit satu ini ya! (*)