Bukan kita yang mengendalikan pikiran, tetapi justru, pikiran yang ‘membajak’ bahkan menguasai kehidupan kita. Hidup menjadi tidak tenang dan bahagia. Kita kesulitan untuk menikmati hidup di sini dan saat ini.
Senyatanya pikiran yang bahagia adalah pikiran yang hadir di sini dan saat ini. Bukan pikiran yang melayang–layang ke masa depan atau tidak bisa move on dari kenangan di masa lalu.
Satu–satunya kondisi yang nyata dan mungkin dapat kita ubah adalah momen saat ini. Oleh karena itu, manusia butuh untuk melatih pikiran, serta mengarahkan energi dan perhatiannya agar mampu menikmati setiap momen yang sedang terjadi.
Salah satu cara untuk melatih kesadaran agar terus hadir di sini dan saat ini adalah dengan mindfulness.
Kita berlatih menyadari apapun yang terjadi, tanpa perlu larut dan tenggelam dalam pikiran, juga tidak menolak atau mengabaikan pikiran–pikiran yang hadir. Hanya menyadarinya saja.
Salah satu teknik berlatih yang paling sederhana adalah dengan menyadari nafas. Kita cukup menyadari napas yang masuk dan keluar selama beberapa saat.
Napas kita jadikan sebagai jangkar pikiran untuk kembali ke momen saat ini. Dengan demikian, saat diri mulai terjebak dalam pikiran di masa lalu atau masa depan, perlahan berjeda sejenak dari segala aktivitas, kemudian sadari nafas yang masuk dan keluar, lalu tenangkan diri.
Hal ini dapat membantu kita agar senantiasa tetap terkendali dan mampu berpikir dengan lebih jernih, terutama saat menghadapi kondisi–kondisi yang penuh tekanan.
Untuk penjelasan lebih detil beserta panduan berlatih mindfulness dapat dibaca lebih lanjut di Buku “Di Sini dan Saat Ini”.
Buku yang merupakan karangan Putra Wiramuda, S.Psi., M.A. ini bisa membantu Kawan Puan untuk belajar mengatasi pikiran bercabang atau berpindah-pindah ini.
Untuk informasi lebih lanjut tentang buku ini, Kawan Puan bisa membacanya melalui tautan berikut.
Kawan Puan, itulah penjelasan tentang pikiran bercabang dan cara mengatasinya. Yuk pelan-pelan kita belajar mindfulness demi hidup yang lebih bahagia! (*)