Awalnya, kehadiran cheongsam terinspirasi dari pakaian laki-laki androgini yang disebut dengan changpao.
Shanghai, kota yang semarak dengan populasi besar orang asing, menjadi saksi dari perubahan mode busana tradisional Tiongkok ini.
Di awal tahun 1920-an, cheongsam memiliki potongan yang lebih longgar daripada cheongsam saat ini, dengan lengan panjang dan lebar.
Cheongsam saat itu menjadi pakaian biasa perempuan urban di kota-kota metropolitan, seperti Beijing, Shanghai, Hong Kong, dan Taiwan.
Seiring dengan berkembangnya industri garmen, sutra tradisional diganti dengan tekstil kontemporer yang lebih murah.
Dalam hal desain, motif bunga bordir tradisional tetap menjadi favorit, namun ada pula pola geometris dan art deco yang tak kalah populer.
Sepanjang tahun 1930-an dan 1940-an, cheongsam ikut mengalami perubahan dengan menonjolkan feminitas dan seksualitas perempuan urban Tionghoa.
Dress tersebut kemudian memiliki potongan yang pas dan memeluk tubuh, dengan beberapa desain berani yang menampilkan belahan samping yang mencapai paha.
Baca Juga: Jelang Imlek, Ini 5 Inspirasi Outfit Pakai Cheongsam untuk Tampil Stand Out