"Kunjungan ke Kabah secara virtual bisa dioptimalkan untuk eksplor dan mengenali lebih dekat, dengan lima dimensi, agar ada pengetahuan yang utuh dan memadai sebelum pelaksanaan ibadah," jelas Niam.
Proyek kunjungan Kabah lewat metaverse sendiri telah diperkenalkan pada 14 Desember 2021.
Saat itu, terdapat pula kehadiran Abdul Rahman Al Sudais, presiden umum Haramain.
Menurut Niam, keberadaan Kabah di dunia metaverse merupakan inovasi teknologi.
Hal ini membuatnya harus disikapi secara profesional.
Akan tetapi, tak semua ibadah bisa disiasati dengan teknologi.
Meskipun bisa digunakan untuk manasik haji, kunjungan Kabah di metaverse tak bisa dilakukan untuk ibadah haji.
Pasalnya, ibadah haji memerlukan kehadiran fisik dalam beberapa ritualnya.
"Pelaksaan ibadah haji dengan mengunjungi Kabah secara virtual tidaklah cukup, dan tidak memenuhi syarat karena aktivitas ibadah haji. Tata cara pelaksanaannya sudah ditentukan. Ada beberapa ritual yang membutuhkan kehadiran fisik," jelas Niam.
Selain itu, ada juga kegiatan ibadah haji yang berkaitan dengan tempat tertentu.
Baca Juga: Rosianna Silalahi Ungkap Pengalaman Emosional Jadi Wartawan, Pernah Merasa Bersalah
Salah satunya adalah thawaf, kegiatan mengelilingi Kabah selama tujuh kali putaran.
"Jadi tidak bisa dilaksanakan dalam hati, dalam angan-angan, atau secara virtual. Atau dilaksanakan dengan mengelilingi gambar Kabah atau replika Kabah," kata dia.
(*)