Menurut Prof. Tjandra, vaksinasi jelas bermanfaat untuk mencegah pasien yang terinfeksi Omicron bergejala berat dan masuk rumah sakit.
Persiapan tempat tidur rumah sakit sudah dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan kasus dan juga memastikan ketersediaan obat dan alat bantu medis lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah jaminan ketersediaan petugas kesehatan dan juga keamanan petugas pekerja di rumah sakit.
“Pelayanan kesehatan harus diketahui oleh masyarakat bukan hanya rumah sakit. Bisa perawatan di rumah, di puskesmas, maupun klinik," terang Prof. Tjandra.
"Ini harapannya bisa memperkuat jaringan pelayanan kesehatan agar masyarakat tidak terpaku dengan rumah sakit. Jadi sistem rujukan yang teratur harus lebih baik polanya,” sarannya.
Masyarakat diimbau apabila merasakan gejala, jangan ragu untuk melakukan tes, lalu begitu diketahui hasilnya positif, isolasi mandiri harus dilakukan.
Akan lebih baik jika isolasi mandiri (isoman) bisa dievaluasi setiap hari oleh petugas kesehatan melalui telemedisin.
“Pengawasan dan dukungan keluarga memang sangat penting. Setelah satu minggu dites ulang untuk memastikan sudah negatif atau belum,” terang Prof. Tjandra.
Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi, Coba Lakukan Hal Ini di Rumah
Sebagian besar pasien COVID-19 Omicron ini menurut Prof. Tjandra akan baik-baik saja.
Akan tetapi, jangan sampai abai untuk monitor pasien isolasi mandiri ini, kalau-kalau ada gejala yang lebih parah agar cepat ditangani.
Hal paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempercepat vaksinasi lansia di Indonesia.
Karena menurut dokter ini, cakupannya yang masih perlu diperluas lagi dan merupakan kelompok paling berisiko saat terinfeksi virus ini.
“Ada tiga upaya untuk menekan penyakit COVID-19. Sudah jelas secara ilmiah terbukti pembatasan sosial, testing dan telusur, serta vaksinasi akan efektif menekan penularan," ujarnya.
"Masyarakat harus memperketat protokol kesehatan karena varian Omicron lebih menular dari varian sebelumnya," tegas Prof. Tjandra. (*)