Parapuan.co - Bagi orang tua, anak yang sakit saja itu menjadi hal yang sulit, apalagi jika yang diderita adalah penyakit kronis, seperti kanker.
Pasalnya, merawat serta mendampingi anak yang mengidap kanker tentu menjadi suatu kondisi yang tak mudah.
Tentu anak sangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya yang merupakan seorang caregiver.
Tantangan ketika menjadi seorang caregiver untuk merawat anak yang mengidap kanker pernah dirasakan oleh Ira Soelistyo selaku pendiri Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI).
Dulunya, Ira Soelistyo lah yang mendampingi anaknya yang berumur empat tahun menjalani pengobatan sampai ke Belanda.
Kepada PARAPUAN, ia menyampaikan bahwa yang menunggui dan merawat anak dengan kanker itu biasanya seorang ibu.
Tak dipungkiri pula, Ira mengaku bahwa pasti awal mendengar anak didiagnosis kanker seorang ibu akan mengalami penolakan dan tidak bisa langsung menerima kondisi buah hatinya.
"Tapi kemudian saya kira sebagai seorang ibu itu harus sadar dan mulai bangkit dan memberikan kekuatan kepada si anaknya," ujarnya.
Menurut Ira Soelistyo, tips utama untuk merawat kanker anak yakni jiwa sang ibu diobati terlebih dahulu.
Baca Juga: Mengapa Konsumsi Cokelat Hitam Mampu Atasi Stres? Ini Penjelasannya
Sosok yang mengajarkan kepada Ira bahwa jiwa seorang ibu harus diobati terlebih dahulu adalah profesor ahli kanker anak saat Ira dan sang anak berobat ke Belanda.
"Jadi waktu itu umur saya juga masih 30-an ya, jadi pokoknya (merasa) kalut, Profesor itu mungkin mikirnya 'si ibu ini (terlihat) lecek banget', segitu saya datang, tahu enggak saya diapain? Dia langsung ajak saya 'ayo kita keliling (tempat perawatan anak kanker)'," ujarnya.
Profesor tadi mengajak Ira untuk mengelilingi ruang rawat anak dan mengenalkan padanya apa yang diderita setiap pasien seperti leukimia.
"Pokoknya diajak keliling, mungkin kira-kira ada 40 pasien dia kasih lihat," ujarnya.
"Terus dia bilang 'Jadi kamu itu enggak usah khawatir, enggak usah merasa cemas, ini mereka sudah melampaui semua, mereka baik-baik aja tuh'," tambah Ira.
Setelah keliling, Ira pun diajak profesor tadi untuk kembali ke ruangan.
"Dia cerita lagi ke saya, 'Kamu tahu enggak, kalau saya sebagai dokter anak, ahli kanker anak, kalau ngobatin anak, itu yang diobatin ibunya dulu'. Jadi si ibu ini mesti tahu, mesti siap dan mesti yakin bahwa pengobatan ini akan berhasil, ini yang harus dikuasai oleh si ibu," tegas Ira.
Ira tak memungkiri bahwa memang sebagai orang tua menerima anak yang mengidap kanker itu butuh waktu.
Baca Juga: Jangan Sembarangan, Ini Bahaya Konsumsi Obat Keras Tanpa Resep Dokter
"Begitu orang tua udah yakin dan percaya, itu auranya, body language orang tua (ibu ya yang mendampingi anak kanker) itu akan memberikan nilai positif pada anaknya," paparnya.
Ira mengungkap jika anak menerima aura positif, si Kecil pun akan lebih tenang walaupun mengidap kanker.
"Dia (anak Ira) main biasa, saya sakit ya it’s okay gitu, saya yang penting saya sudah ditangani dengan baik ya udah kita jalanin aja, kira-kira seperti itu, itu pelajaran yang saya terima pada waktu saya membawa anak saya (berobat ke Belanda)," tuturnya.
Ira juga mengungkap rasa syukurnya bahwa ia bertemu dengan seorang profesor yang mengajak keliling, sehingga ada kekuatan didirinya sebagai seorang ibu sekaligus caregiver.
"Ayo semangat, harus bisa, harus bisa. Jadi itu menular kepada anak saya," imbuhnya.
Sesuai dengan pengalaman hidup Ira, buah hati yang mendapat energi positif dari orang tuanya membuat anak dengan senang hati menjalani pengobatan, dan mau minum obat secara sukarela.
(*)