Parapuan.co - Sebelum kamu memutuskan untuk berhutang, ada baiknya mengetahui perbedaan utang konsumtif dan produktif.
Hal itu dibutuhkan agar kamu memikirkan kembali keputusan untuk berhutang.
Pasalnya, ketika kamu memutuskan untuk berhutang, maka kamu memiliki kewajiban untuk membayarnya.
Masing-masing jenis utang tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus kamu pahami.
Agar semakin paham, ketahui perbedaan utang produktif dan konsumtif seperti dikutip dari Kompas yang tayang di Parapuan.co!
Utang Produktif
Utang produktif merupakan jenis utang yang digunakan untuk membeli barang atau aset yang nilainya bisa naik dan menambah penghasilan.
Contoh utang produktif, misalnya kredit rumah atau KPR, kredit usaha, dan kredit modal kerja.
Meski bersifat produktif, perencana keuangan Yosephine P. Tyas dari Finansialku menyarankan agar kamu tetap berhati-hati.
Baca Juga: Mengenal Profesi Bartender dan Kesempatan Kerjanya di Masa Depan
Utang produktif mungkin saja memberikan manfaat, tetapi bisa embuat kondisi keuangan jadi tidak sehat.
Menurut Yosephine, utang produktif yang terlalu besar malah bisa memberatkan arus kas.
Kalau pertimbanganmu kurang matang dan asal meminjam dengan jumlah besar, bisa-bisa utang produktifmu berubah menjadi utang konsumtif.
"Kita perlu bijak dalam mengambil keputusan berutang secara produktif," terang Yosephine.
Beberapa hal yang dapat jadi bahan pertimbangan adalah, mengetahui bunga yang akan kamu bayar.
Pikirkan pula risikonya, serta apakah penghasilanmu bisa digunakan untuk membayar setiap bulan dan tidak membuat tabunganmu menipis.
Utang Konsumtif
Berikutnya, ada utang konsumtif yang biasanya digunakan seseorang untuk membeli barang-barang konsumsi.
Barang konsumsi ialah yang dapat dipergunakan atau habis, dan nilainya turun seiring waktu.
Baca Juga: Mengenal Sosok Suryani, Profesor Ahli Jiwa yang Bantu Banyak Orang
Utang konsumtif meliputi kartu kredit, pinjaman online, kredit tanpa agunan, dan masih banyak lagi.
Contoh sederhananya, utang konsumtif seperti ketika kamu meminjam uang untuk digunakan berbelanja.
Jika akan menggunakan untuk keperluan kurang penting, Yosephine menyarankan kamu sebaiknya menghindari utang konsumtif.
Pasalnya, utang konsumtif rentan membuat orang jadi terlilit pinjaman dan keuangannya tidak sehat.
Kalaupun terpaksa berutang untuk konsumsi, menurut Yosephine sebaiknya cicilan tidak melebihi penghasilan bulanan.
"Cicilan utang maksimal 35 persen dari penghasilan bulanan," tutur Yosephine.
Setelah mengetahui perbedaan keduanya, kamu tetap perlu berhati-hati sebelum berutang.
Ini karena untuk membayar utang produktif maupun konsumtif, penghasilanmu yang mesti dipertaruhkan.
Mudah-mudahan informasi di atas membantumu untuk menentukan sikap sebelum berutang, ya.
(*)